Beberapa Kejadian Saat Kiamat

Beberapa Kejadian Saat Kiamat

إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ ﴿۱﴾ وَإِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ ﴿۲﴾ وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ ﴿٣﴾ وَإِذَا الْقُبُورُ بُعْثِرَتْ ﴿٤﴾ عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ وَأَخَّرَتْ ﴿٥﴾

 

“Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan menjadikan meluap, dan apabila kuburan-kuburan dibongkar, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.”  (Al-Infithor: 1-5)

 

Di dalam ayat ini Allah menyebutkan sebagian kejadian kiamat yang sangat mengerikan. Dan alhamdulillah, orang-orang beriman tidak ada satu pun yang melihat kejadian ini. Karena, sebelum kejadian ini, Allah telah mewafatkan orang-orang beriman dengan cara yang sangat lembut.

 

Ada 4 kejadian mengerikan:

 

  1. Langit terbelah

Maksudnya adalah langit terbelah karena sangat takut kepada Allah, atau terbelah karena banyaknya para malaikat yang turun ke bumi. (Kitab tafsir Al-Wadhih Al-Muyassar, syaikh Muhammad ‘Ali Ash-Shabuny)

  1. Bintang-bintang berjatuhan

Salah satu benda yang ada di luar angkasa yang sangat besar dan bergerak dengan cepat sesuai ‘jalur’ yang Allah tetapkan adalah bintang-bintang.

Ketika kiamat terjadi, bintang-bintang tersebut keluar dari ‘jalur’ nya, saling bertabrakan satu sama lain, dan berjatuhan satu per satu. (Kitab tafsir Al-Wadhih Al-Muyassar, syaikh Muhammad ‘Ali Ash-Shabuny)

  1. Lautan meluap

Maksudnya adalah laut-laut yang ada di bumi menjadi satu. Kemudian semua air lautnya hilang dan berganti dengan api yang berkobar-kobar. (Kitab tafsir Al-Wadhih Al-Muyassar, syaikh Muhammad ‘Ali Ash-Shabuny)

  1. Kuburan-kuburan ‘dibongkar’

Kuburan-kuburan yang berisi mayat-mayat manusia, nantinya akan keluar, berhamburan dari dalam kuburnya. Karena salah satu tafsir dari ayat ini adalah kuburan-kuburan digoncang, sehingga mayat-mayat berhamburan keluar.

 

Malaikat Pencatat Amal

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ ﴿۱۰﴾ كِرَامًا كَاتِبِينَ ﴿۱۱﴾ يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ ﴿۱۲﴾

“Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),  yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Termasuk aqidah Islam adalah beriman kepada para malaikat. Dan di antara malaikat itu adalah malaikat yang bertugas mencatat amal manusia. Amal manusia yang dicatat ada tiga yaitu: Amalan hati, ucapan, dan perbuatan.

 

Dua malaikat di sebelah kanan kita mencatat amalan-amalan yang baik dan dua malaikat di sebelah kiri kita mencatat amlan-amalan yang jelek. (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah)

Mungkin ada di antara kita yang bertanya, bagaimana mungkin malaikat mencatat semua ucapan dan amalan kita? Butuh berapa banyak tinta? Butuh berapa lembar kertas? Kita tidak perlu ragu, atau menganggap ‘tidak masuk akal’, karena, di zaman modern seperti sekarang ini, kita semua tahu ada satu alat yang bisa menyimpan tulisan-tulisan yang sangat banyak berupa ‘file’. Maka, tentu Allah Maha Kuasa untuk menciptakan sesuatu yang lebih ‘canggih’ dari itu semua, yang bisa mencatat semua amal manusia, melalui para malaikat.

Catatan-catatan malaikat ini kemudian dikumpulkan ke dalam satu kitab (buku) yang diistilahkan dengan ‘shahaiful a’mal’ (buku catatan amal manusia).

Dengan mengimani hal ini, diharapkan manusia meninggalkan maksiat dan meningkatkan amal shalihnya. Karena, apakah dia tidak malu kepada malaikat yang ada di samping kanan dan kirinya, ketika dia melakukan maksiat? Padahal seharusnya, kita hormati malaikat tersebut, karena mereka adalah makhluk yang tidak pernah maksiat.

Ada hadits yang mengatakan:

 

أَكْرِمُوْا الكِرَامَ الكَاتِبِيْنَ الَّذِيْنَ لَا يُفَارِقُوْنَكُمْ

“Muliakanlah malaikat-malaikat mulia pencatat amal kalian, yang tidak pernah memisahkan diri dari kalian, kecuali ketika kalian junub maupun buang hajat.” Riwayat Ibnu Abi Hatim.

 

Hari ‘Pembalasan’

وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ ﴿۱٧﴾ ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ ﴿۱٨﴾ يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ ﴿۱٩﴾

“Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.”

 

Tafsir:

 Salah satu cara yang baik untuk memberi sebuah pengajaran adalah mengajarkan suatu pengetahuan yang dikemas dalam bentuk ‘pertanyaan’.

Cara seperti ini akan banyak kita jumpai di dalam Al-Qur’an maupun Hadits.

Termasuk ayat ke 17 dari surat Al-Infithar, bentuknya pertanyaan akan tetapi maksudnya adalah ingin memberikan sebuah pemahaman.

 

Hikmah ‘Pertanyaan’ Apa Itu Hari Pembalasan:

Pertanyaan yang Allah tujukan kepada kita, tentang apa itu hari pembalasan, di dalamnya ada dua hikmah:

Pertama, untuk menarik perhatian orang yang mendengar. Karena dengan diawali pertanyaan, pasti perhatian kita tertuju kepada apa yang ditanyakan. Sehingga, kita yang diajak bicara dalam kondisi yang sangat siap untuk menerima penjelasan kita.

Ke dua, penjelasan bahwa ‘hari pembalasan’ adalah hari yang luar biasa, buktinya tidak ada yang bisa menceritakan keadaan hari itu.

 

Dua Keadaan Di Hari Pembalasan:

Kemudian, setelah bertanya apa yang dimaksud dengan ‘hari pembalasan’, Allah menjelaskan dua keadaan yang ada di hari itu:

Pertama, seseorang tidak bisa menolong orang lain sedikitpun, meskipun dia ayah atau anaknya.

Maksudnya adalah tidak ada yang bisa menolong orang lain kecuali dengan izin dari Allah. Menurut Imam Ibnu Katsir, ada beberapa ‘pihak’ yang diizinkan Allah untuk menolong orang lain. Akan tetapi ada syaratnya:

Pertama, dia mendapat izin dari Allah untuk menolong orang lain.

Ke dua, orang yang ditolong adalah orang yang diridhai Allah. Orang yang diridhai Allah adalah orang-orang yang beriman. Sehingga, orang kafir tidak akan mendapatkan pertolongan sedikitpun di akherat nanti. Karena dia tidak diridhai Allah.

Dua syarat ini ada di dalam firman Allah:

 

وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى

“Dan berapa banyaknya malaikat di langit, pertolongan mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).”(An-Najm: 26)

Oleh karena itu sangat penting menjaga aqidah dan keyakinan diri sendiri dan keluarga. Agar di akherat nanti bisa berkumpul di dalam surga. Seperti yang Allah jelaskan di dalam firman Nya:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami gabungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Ath-Thur: 21)

Menurut sebagian ulama ahli tafsir, ayat ini menjelaskan bahwa ayah dan anak keturunannya, jika mereka meninggal dalam keadaan beriman, maka Allah akan mengumpulkan mereka semua di dalam surga. (Tafsir Ath-Thobary)

Ke dua, semua urusan di bawah kekuasaan Allah.

Maksudnya, di hari pembalasan keadaannya tidak sama dengan kehidupan kita di dunia. Di dunia, manusia masih bisa mengatur urusannya sendiri. Kita juga memiliki sesuatu yang bisa dimanfaatkan sesuka hati. Maka, di hari pembalasan, kita tidak bisa lagi mengatur urusan kita sendiri. Semuanya berada di bawah kekuasaan Allah.

Fajri NS