DZIKRULLAH

Salah satu ibadah yang ringan namun soal pahala jangan diremehakan adalah dzikrullah (mengingat Allah). Ibadah satu ini merupakan ibadah yang tergolong murah meriah, bagaimana tidak !? hanya bermodalkan lisan dan fokus hati pahala yang tidak sedikit akan kita raih. Maka dengan memohon pertolongan kepada Allah penulis mencoba sedikit berkontribusi pada tema yang sebenarnya sudah familiar dikalangan kaum muslimin ini. Hal ini penulis lakukan semata mencari ridho ilahi serta sebagai cemiti pribadi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dzikrullah ini, sekaligus pengingat bagi kaum muslimin secara umum agar tidak alpha dari amalan yang satu ini.

PERINTAH UNTUK BANYAK BERDZIKIR

Banyak sekali perintah baik dari Allah maupun Rosul-Nya –shalallahu ‘alaihi wa sallam- tentang perintah untuk banyak berdzikir, diantaranya firman Allah :

وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“..dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” [Q.S. Al Jumu’ah: 10]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allâh, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya..”[Q.S. Al-Ahzâb:41]

Syeikh Abdurrazzaq Al-Badr –hafidzohullah- menjelaskan rahasia mengapa Allah memerintahkan kita untuk banyak mengingat Allah seperti pada ayat di atas dan yang semakna :

“Dalam ayat-ayat di atas Allah ta’ala memerintahkan untuk banyak mengingat-Nya, karena seorang hamba sangat membutuhkan Allah ta’ala, bahkan mustahil seorang hamba tidak membutuhkan Allah walaupun hanya sesaat. Jadi kapanpun seorang hamba alpha dari berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla maka yang ia dapatkan adalah kejelekan bukan keberuntungan, tatkala ia lalai kerugian yang ia dapatkan jauh lebih besar dari keuntungan, ia akan sangat menyesal tatkala ia bertemu dengan Allah pada hari kiamat.” [Fiqh Al Ad’iyah wa al Adzkar hal.15]

MACAM DZIKIR

Secara global dzikir terbagi menjadi dua, dzikir yang bersifat umum dan khusus, maksud bersifat umum yaitu mengingat Allah pada kondisi-kondisi yang menjadikan kita ingat kepada-Nya. Misalnya ketika mendengar nama Allah disebut, ketika melihat keindahan ciptaan-Nya yang menjadikan kita ingat kepada-Nya, ketika menghadiri majlis ta’lim dll. Adapun macam kedua adalah dzikir kepada Allah dengan merapal lafadz-lafadz pujian dan sanjungan yang telah diterangkan dalam syareat, seperti : membaca Al Qur’an, tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dzikir pagi dan petang, dzikir setelah sholat dan lainnya.

KEUTAMAAN BERDZIKIR KEPADA ALLAH

Banyak sekali keutamaan berdzikir kepada Allah diantaranya

  1. Dzikir adalah amalan yang paling baik dan paling suci. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Darda’, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ قَالُوا بَلَى قَالَ ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى

“Inginkah kalian aku beritahu amalan kalian yang terbaik dan tersuci serta tertinggi pada derajat kalian? Ia lebih baik dari berinfak emas dan perak, dan lebih baik dari kalian menjumpai musuh lalu kalian memenggal kepalanya dan mereka memenggal kepala kalian?” Mereka menjawab”Ya,” lalu Rasulullah menjawab,”Dzikrullah.” [Shohih At Tirmidzi, no. 3377]

Kenapa amalan ini paling baik ? Karena dengan kita mengingat Allah, Allah pun akan mengingat kita, Allah berfirman

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ

“Ingatlah kepada-Ku, Akupun akan ingat kepadamu”. [QS. Al-Baqarah: 152]

Maksud dari Allah akan mengingat hamba-Nya adalah: Allah akan melimpahkan kasih sayang dan ampunan-Nya kepada sang hamba, juga pertolongan-Nya. [lihat Tafsir Thobari]

  1. Dzikrullah merupakan salah satu amalan yang paling diharapkan bisa menyelamatkan seorang hamba dari adzab Allah. Sebagaimana Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ عَمَلًا قَطُّ أَنْجَى لَهُ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ

“Tak ada amalan yang dikerjakan anak Adam yang lebih menyelamatkannya dari azab Allah dibanding dzikrullah”. [Shohih Al Jami’, no. 5644]

  1. Menghidupkan hati dan membuatnya tentram.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa dzikrullah dapat menghidupkan hati dalam sabdanya,

مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ

“Permisalan orang yang berdzikir kepada Allah dan yang tidak berdzikir, (ialah) seperti orang yang hidup dan mati.” [HR. Bukhari, no. 6407]

Selain itu dzikrullah juga membuat hati kita tenang sebagaimana Firman Allah,

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” [QS. Ar Ra’du :28]

  1. Menyadarkan kita dari tipu daya setan musuh bebuyutan kita bahkan mengusirnya. Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allâh, lalu ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya kemudian tersadar).” [QS. Al-A’râf:201]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

“Janganlah menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan akan lari dari suatu rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al Baqarah.” [HR. Muslim, no. 780]

  1. Dzikir adalah benteng kokoh kita dari setan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَآمُرُكُمْ أَنْ تَذْكُرُوا اللَّهَ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ خَرَجَ الْعَدُوُّ فِي أَثَرِهِ سِرَاعًا حَتَّى إِذَا أَتَى عَلَى حِصْنٍ حَصِينٍ فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ مِنْهُمْ كَذَلِكَ الْعَبْدُ لَا يُحْرِزُ نَفْسَهُ مِنَ الشَّيْطَانِ إِلَّا بِذِكْرِ اللَّهِ

…”Aku perintahkan kamu untuk dzikrullah (mengingat/menyebut Allah). Sesungguhnya perumpamaan itu seperti perumpamaan seorang laki-laki yang dikejar oleh musuhnya dengan cepat, sehingga apabila dia telah mendatangi benteng yang kokoh, kemudian dia menyelamatkan dirinya dari mereka (dengan berlindung di dalam benteng tersebut). Demikianlah seorang hamba tidak akan dapat melindungi dirinya dari syaithan kecuali dengan dzikrullah”. [Shohih At Tirmidzi, no.2863]

DZIKIR YANG PALING AFDHOL

Dzikir yang paling afdhol secara mutlaq adalah membaca Al Qur’an, sebagaimana diterangkan oleh para salafussoleh. Imam Sufyan Ats Tsauri berkata :

سَمِعْنَا أَنَّ قِرَاءَةَ الْقُرْآنِ أَفْضَلُ الذِّكْرِ إِذَا عَمِلَ بِهِ

“Kami mendengar dari para sahabat bahwa membaca Al Qur’an adalah dzikir yang paling mulia, jika ia mengamalkan kandungannya.”  [Fiqh Al Ad’iyah wa al Adzkar hal.47]

Imam An Nawawi mengatakan,

اِعْلَمْ أَنَّ تِلاَوَةَ الْقُرْآنِ هِيَ أَفْضَلُ الأَذْكَارِ وَالْمَطْلُوْبُ القِرَاءَة بِالتَّدَبُّر

“Ketahuilah bahwa membaca Al Qur’an adalah paling utama dzikir. Dan konsekuensi dari membaca adalah mentadabburinya.” [Al Adzkar hal. 85]

Mengapa bisa demikian (membaca Al Quran adalah dzikir yang paling afdhol) ? Syeikh Abdurrazzaq Al Badr menjelaskan,

بل إنَّ القرآن الكريم كلّه كتابُ ذكرٍ لله، فذكر الله تعالى هو لبُّ القرآن وروحُه وحقيقته وغايةُ مقصوده

Sesungguhnya (isi) Al Qur’anul Karim Semuanya adalah dzikir kepada Allah ta’ala, dan ini inti, ruh, hakekat serta puncak tujuan dari Al Qur’an. Allah berfirman,

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka merenungkan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran (yang baik)” (QS. Shad: 29)

Dia ta’ala juga berfirman,

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.[Q.S. Qâf :37] [Fiqh Al Ad’iyah wa al Adzkar hal.46]

DZIKIR ITU RINGAN NAMUN PAHALANYA BESAR

Dalil yang menjelaskan hal itu diantaranya adalah hadits

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ شَرَائِعَ الْإسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ ، فَأَنْبِئْنِيْ مِنْهَا بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ ؟ قَالَ : لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ

Dari ‘Abdullâh bin Busr Radhiyallahu anhu berkata, “Seorang Badui datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, ‘Wahai Rasûlullâh, sesungguhnya syariat-syariat Islam sudah banyak pada kami. Beritahukanlah kepada kami sesuatu yang kami bisa berpegang teguh kepadanya ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah lidahmu senantiasa berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla.” [Shohih Ibnu Majah, no.36190]

Bahkan ada dzikir yang sangat berat timbangannya di akherat kelak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

“Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung).” [HR. Bukhari, no. 6682 dan Muslim, no. 2694]

TERCELANYA ORANG YANG LALAI BERDZIKIR KEPADA ALLAH

Banyak sekali dalil yang mengingatkan kita tentang hal ini, di antaranya frman Allah yang menjelaskan bahwa kita akan menjadi teman setan,

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ

“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” [QS. Az-Zukhruf: 36]

Bahkan orang yang lalai dzikrullah (mengingat Allah) hidupnya akan susah dan sempit, sebagaimana firman-Nya,

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ

“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya dia (akan merasakan) kehidupan yang sempit (di dunia), dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. [Q.S.Thâha:124]

BEBERAPA MUTIARA NASEHAT SALAFUSSOLEH

  1. Ibnu Mas’ud berkata,

ليسَ يَتَحَسَّرُ أهلُ الجنَّة على شيءٍ إلّا ساعةً مَرَّة بهم ولم يذكروا الله تعالى فيها

“Tidaklah penduduk surga merasa rugi terhadap sesuatu kecuali saat ia lalai berdzikir kepada Allah (di dunia).”

  1. Imam Malik bin Dinar pernah berkata,

مَا تَنَعَّمَ المُتَنَعِّمُونَ بِمِثْلِ ذِكْرِ الله تَعَالى

“Tiadalah orang yang diberi kenikmatan merasakan kenikmatan yang lebih besar dari mengingat Allah Ta’ala.”

  1. Ibnu Qoyyim berkata,

إنَّ العبدَ ليأتي يومَ القيامةِ بسيئاتٍ أَمْثَالَ الجبالِ فَيَجِدُ لِسَانَهُ قد هَدَمَهَا مِن كَثْرَةِ ذِكْرِ الله تعالى

“Sesungguhnya seorang hamba akan datang pada hari kiamat membawa dosa sebesar gunung-gunung yang menjulang, maka ia dapati lisannya telah menhancurkannya dan meratakannya dengan cara berdzikir kepada Allah.” [http://www.alukah.net/literature_language/0/89202/]

Perkataan beliau ini selaras dengan firman-Nya,

وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“…. dan laki-laki dan wanita yang banyak berdzikrullah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” [QS. Al-Ahzaab: 35]

PENUTUP

Demikian sekelumit pembahasan tentang keutamaan dzikrullah, semoga kita menjadi orang yang senantiasa membasahi lisan kita dengan dzikrullah,

اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

ALLAHUMMA A’INNI ‘ALA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBADATIK

[Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu].”

Allahu a’lam

Ibnu ram 190717

Maroji’

Al Adzkar imam An Nawawi cet. Mathba’atul milaakh damaskus 1391 H/1971 M

Fiqh Al Ad’iyah wa Al Adzkar Syeikh Abdurrazzaq Al Badr. Cet. Maktabah Dar Al Minhaj Riyadh 1431 H

http://www.alukah.net/literature_language/0/89202/