Jaminan Rizki dari Allah


وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Ankabut : 60 )

Asbabun Nuzul Ayat

Di dalam kitab ‘Shafwatut Tafasir’ disebutkan bahwa sebab ayat ini turun adalah ketika Nabi Muhammad ﷺ memerintah para sahabatnya untuk hijrah, meninggalkan kota Mekah menuju Madinah, karena mempertahankan keyakinan, mereka mengkhawatirkan kondisi kehidupan mereka di sana.

Mereka mengatakan: “Kami di sana (Madinah) tidak mempunyai rumah maupun tanah. Tidak ada yang memberi makan dan minum kepada kami.”

Lalu Allah menurunkan firman Nya:

وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Ankabut : 60 )

Ayat ini menjelaskan betapa besar kasih sayang Allah kepada makhluk Nya. Karena Dia tidak hanya menciptakan makhluk lalu membiarkan begitu saja. Akan tetapi Allah tetap memperhatikan dan menyayangi makhluk Nya.

Ayat ini mengandung pelajaran bahwa kita sebagai manusia tidak perlu khawatir tentang masalah rizki. Karena jika binatang saja bisa mendapatkan rizki, padahal jika dibandingkan dengan manusia maka binatang itu banyak kekurangannya.Bagaimana dengan manusia yang merupakan makhluk paling sempurna?

Olehkarenanya di awal ayat ini Allah menyebutkan tentang jaminan rizki untuk binatang. Agar manusia termotivasi untuk berusaha mencari rizki yang sudah dijamin Allah. Dengan cara yang halal.

Antara Hijrah dan Jaminan Rizki

Jika kita membaca ayat-ayat sebelumnya maka akan kita jumpai ternyata membahas tentang perintah Allah kepada orang-orang beriman ketika itu untuk hijrah dari Mekah ke Madinah. Karena di Mekah mereka ‘minoritas’ yang ditindas orang-orang musyrik penyembah berhala yang jumlahnya jauh lebih besar.

Allah berfirman:

يَا عِبادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي واسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ (٥٦) كُلُّ نَفْسٍ ذائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنا تُرْجَعُونَ (٥٧) وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفاً تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ خالِدِينَ فِيها نِعْمَ أَجْرُ الْعامِلِينَ (٥٨) الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (٥٩)

“Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya.” (Al-Ankabut : 56 – 59)

Ayat-ayat ini maksudnya adalah perintah kepada siapa saja yang kesulitan beribadah, tidak bisa menyembah Allah dengan tenang di suatu tempat, maka dia harus pindah dari tempat tersebut ke tempat lainnya yang memungkinkan untuk ibadah. Karena bumi Allah luas.

Menurut syaikh As-Shabuni di kitab ‘Shafwatut tafasir’, kalimat ini adalah motivasi agar orang-orang beriman tidak merasa berat meninggalkan ‘negara kufur’ ke ‘negara Islam’.

Kemudian, karena meninggalkan kampung halaman itu sulit, karena harus meninggalkan tempat tinggal, dan harta benda, maka kemudian Allah mengingatkan beberapa hal penting supaya bisa membuat mereka mudah meninggalkan kampung halaman untuk bisa beribadah dengan tenang.

Beberapa hal penting itu adalah:

Pertama, kematian yang datang tiba-tiba.

Kedua, kenikmatan surga.

Ketiga, jaminan rizki dari Allah.

Demikian kesimpulan dari penjelasan Asy-Syaukani dan syaikh As-Sa’di di dalam kitab tafsir masing-masing. Dengan demikian kita mengetahui hikmah adanya jaminan rizki dari Allah yang ada di ayat ke 60.

Ayat yang Semisal

Menurut syaikh As-Sa’di, di dalam surat yang lainnya ada ayat semisal yang menjelaskan tentang jaminan rizki dari Allah. Yaitu firman Nya:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”(Hud : 6)

Kisah ‘Abdurrahman bin ‘Auf

Salah satu sahabat Nabi yang hijrah ke Madinah adalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu. Begitu sampai di Madinah, dia ditawari oleh Sa’d bin Rabi’ dengan tawaran-tawaran yang sangat menggiurkan.

Perlu diketahui, mereka berdua akrab karena dipersaudarakan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Sa’d bin Rabi’ mengatakan kepada ‘Abdurrahman bin ‘Auf:

“Aku adalah orang Anshor (orang beriman asli Madinah) yang paling kaya. Aku akan membagi semua hartaku; setengah-setengah. Dan aku memiliki dua istri, perhatikanlah mana yang menurutmu paling cantik, sebutkan namanya, dan aku akan menceraikannya, lalu setelah selesai masa idahnya, nikahilah dia.”

Seandainya ‘Abdurrahman bin Auf menerima tawaran ini tidaklah salah, tapi ternyata ‘Abdurrahman bin ‘Auf menolaknya. Sambil berkata:

بَارَكَ اللهُ لَكَ فِي أَهْلِكَ وَمَالِكَ، وَأَيْنَ سُوقُكُمْ؟

“Semoga Allah memberkahimu, keluargamu dan hartamu. Di mana pasar kalian?”

Lalu dia diberitahu letak pasar yang biasa mereka kunjungi. Kemudian Abdurrahman bin Auf berdagang di sana. Hingga akhirnya beliau sukses. Bahkan dia bisa menikah dengan wanita Madinah.

Kisah ini ada di kitab Shahih Bukhari dan dikutip oleh syaikh Al Mubarakfuri di kitab ‘Ar-Rahiq Al-Makhtum’.

Kisah ‘Abdurrahman bin ‘Auf adalah salah satu dari sekian banyak bukti bahwa Allah menjamin rizki untuk kita semua. Terlebih lagi jika kita beriman kepada Allah dan akherat, maka tidak hanya dijamin rizkinya, akan tetapi juga akan dijamin keberkahan dari rizki tersebut. Keberkahan rizki adalah kebaikan yang sangat banyak yang ada di dalam rizki tersebut. Sehingga dengan rizkinya dia bisa memenuhi kebutuhan hidup. Dengan rizkinya dia bisa membantu orang yang membutuhkan. Dengan rizkinya dia bisa beribadah kepada Allah. Dan dengan rizkinya dia bisa mendapatkan kebahagiaan di akherat.

Allah berfirman:

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” (Al-A’raf : 32)

Referensi:

1. Kitab ‘Fathul Qadir’, karya Asy-Syaukani.

2. Kitab ‘Taisirul Karimir Rahman’, karya syaikh As-Sa’di.

3. Kitab ‘Aisarut Tafasir’, karya syaikh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi.

4. Kitab ‘Shafwatut Tafasir’, karya syaikh Ash-Shabuni.

5. Kitab ‘Ar-Rahiq Al-Makhtum’, karya syaikh Almubarakfuri.

Fajri NS