Jauhilah Banyak Prasangka…!

Tatkala bertemu seorang teman, terkadang ada suatu ucapan dan tingkah laku yang membuatkita bertanyatanya, mengapa dia berbuat yang demikian ?. Sehingga terbetik dalam hati prasangkaburuk kepada sesama saudara muslim, padahal Allah Ta’ala telah berfirman :  

﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضاً أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ ﴾

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah saling menggunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakandaging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalahkepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. ( QS. Hujurat : 12 ).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di berkata: “ Allah Ta’ala melarang dari banyakprasangka buruk kepada orang yang beriman karena sebagian dari prasangka tersebut mengandungdosa, yang demikian itu seperti prasangka yang kosong dari realita  dan suatu indikasi, prasangkaburuk yang diiringi dengan banyak perkataan dan perbuatan yang diharamkan, karena adanyaprasangka buruk dalam hati mengakibatkan timbulnya perkataan dan perbuatan yang tidak selayaknyadiucapkan dan dilakukan, maka hal tersebut mengandung prasangka buruk, kebencian, permusuhankepada seorang muslim yang diperintahkan untuk dijauhi. ( Tafsir As- Sa’di : 801 ).

Prasangka Menimbulkan Permusuhan.

Syaitan berusaha menimbulkan permusuhan antar sesama dengan menggoda seseorang, yaitu sebuahprasangka terhadap makna perkataan yang diucapkan oleh saudaranya dengan suatu makna yang buruksehingga menimbulkan permusuhan dan kebencian.

Allah Ta’ala berfirman :

﴿إِنَّمَا يُرِيْدُ الشِّيْطَانُ  أَنْ يُوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَعَنِ الصَّلاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُوْنَ﴾

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antarakalian lantaran (meminum) khamar (arak) dan berjudi itu, dan menghalangi kalian dari mengingatAllah dan shalat, maka berhentilah kalian (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (al-Maidah: 91)

Prasangka sedusta pembicaraan.

Rasulullah sholallahu alaihi wa sallam bersabda :

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ الْحَدِيث ،وَلاتَحَسَّسُوا وَلاتَجَسَّسُوْا وَلاتَحَاسَدُوا وَلاتَدَابَرُوا وَلاتَبَاغَضُوا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا (رواه البخاري).

Artinya: Jauhilah sifat berprasangka karena sifat berprasangka itu adalah sedusta-dustapembicaraan. Dan janganlah kamu mencari kesalahan, memata-matai, janganlah kamu salingmendengki, janganlah kamu saling membelakangi dan janganlah kamu saling membenci. Dan hendaklah kamu semua wahai hamba-hamba Allah bersaudara.” (HR. Bukhori).

Berikan Udzur Kepada Saudaramu.

Umar radhiyallahu anhu pernah memberikan sebuah nasihat:

لاَ تَظُنَّنَّ بِكَلِمَةٍ خَرَجَتْ مِنْ أَخِيْكَ سُوْءً وَأَنْتَ تَجِدُ لَهَا فِي الْخَيْرِ مَحْمَلاً

Janganlah sekali-kali engkau menyangka dengan prasangka yang buruk terhadap sebuah kalimatyang keluar dari (mulut) saudaramu, padahal kalimat tersebut masih bisa engkau bawakan pada (makna) yang baik.”. ( AlAdab Asy-Syariah : 2/295).

Abu Qilabah Abdullah bin Yazid Al-Jurmi juga berkata :

ﺇِﺫّﺍ ﺑَﻠَﻐَﻚَ ﻋَﻦْ ﺃَﺧِﻴْﻚَ ﺷَﻲْﺀٌ ﺗَﻜْﺮَﻫُﻪُ ﻓَﺎﻟْﺘَﻤِﺲْ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻌُﺬْﺭَﺟﻬْﺪَﻙَ، ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﺠِﺪْ ﻟَﻪُ ﻋُﺬْﺭًﺍ ﻓَﻘُﻞْ ﻓِﻲْ ﻧَﻔْﺴِﻚَ : ﻟَﻌَﻞَّ ﻷَﺧِﻲْ ﻋُﺬْﺭًﺍ ﻻَ ﺃَﻋْﻠَﻤُﻪُ

Apabila ada berita tentang tindakan saudaramu yang tidak kamu sukai, maka berusahakeraslah mancarikan alasan untuknya. Apabila kamu tidak mendapatkan alasan untuknya, makakatakanlah kepada dirimu sendiri, “Saya kira saudaraku itu mempunyai alasan yang tepat sehinggamelakukan perbuatan tersebut”.( Al-Hilyah : II/285).

Jangan Prasangka Buruk Kepada Allah :

Sebuah kisah berharga dari keluarga Ibrahim alaihis sallam, yang menggambarkan bahwaseorang muslim wajib berusaha untuk berhusnuzhan atau berbaik sangka kepada Allah subhanahu wata’ala.

Dikisahkan pada suatu hari Nabi Ibrahim alaihis sallam terbangun dari tidurnya, tiba-tibabeliau memerintahkan istrinya Hajar, untuk mempersiapkan perjalanan dengan membawa bayinya, perempuan itu segera berkemas untuk melakukan perjalanan panjang, padahal saat itu Ismail masihbayi dan belum disapih, Ibarahim alaihis sallam menyusuri bumi yang penuh pepohonan dan rerumputan sampai akhirnya tiba padang sahara, beliau terus berjalan hingga mencapai pegunungankemudian masuk ke daerah Jazirah Arab, Ibrahim menuju kesuatu lembah yang tidak ditumbuhitanaman, tidak ada buahbuahan, tidak ada pepohonan, tidak ada makanan dan tidak ada minuman,kondisi yang menandakan bahwa tempat itu tidak ada kehidupan di dalamnya.

Di lembah tersebut beliau turun dari punggung hewan tunggangannya, kemudian menurunkanistri dan anaknya, setelah itu tanpa berkata – kata Nabi Ibrahim meninggalkan istri dan anaknya disana, mereka berdua hanya dibekali sekantong makanan dan sedikit air, yang tidak cukup untuk dua hari, setelah melihat kiri dan kanan Nabi Ibrahim meninggalkan tempat tersebut.

Tentu saja Hajar kaget terperangah diperlakukan demikian dia membuntuti suaminya daribelakang sembari bertanya :Ya Ibrahim Aina Tadzhab ?” Wahai Ibrahim hendak kemana engkaupergi, Apakah engkau tinggalkan kami tanpa teman di lembah yang tidak ada sesuatu apapun ini ?Mendengar pertanyaan istrinya Hajar, Ibrahim tidak menjawab pertanyaan istrinya sedikitpun, Beliauterus saja berjalan, Hajar kembali mengulangi pertanyaannya, akan tetapi Ibrahim tetap membisu, akhirnya hajar paham bahwa suaminya pergi bukan karena kemaunnya sendiri, Dia mengerti bahwaAllah memerintahkan suaminya untuk pergi, maka kemudian dia pun bertanya : Wahai suamiku, Apakah Allah yang memerintahkanmu untuk pergi meninggalkan kami ?

Maka Nab Ibrahim menjawab : Benar, kata beliau, begitu mendengar jawaban dari Nabi Ibrahim, langsung istri yang sholihah dan beriman itu berkata : “ Kalau memang demikian maka tidakmungkin Allah akan menelantarkan kami. ( Lihat : At-Tabshirah 1/98 ).

Berprasangka Baik Tidak Mungkin Terlantar :


Kita lihat bagaimana Nabi Ibrahim dan Hajar mampu berprasangka baik kepada Allah Ta’ala, mereka amat yakin bahwa selagi bersama Allah, maka tidak mungkin mereka terlantar, tidak ada yang dapat mencelakainya ataupun melukainya.

Apabila kita lihat, banyaknya manusia yang frustasi dalam kehidupan ini, atau banyaknyamanusia yang sengsara, ternyata bukan karena sedikitnya nikmat yang Allah berikan kepada mereka, akan tetapi karena sedikitnya husnudzhan, sedikitnya baik sangka mereka kepada Allah, padahalnikmat yang Allah berikan jauh lebih banyak dibandingkan siksaannya.

Oleh karena itu kita harus berbaik sangka kepada Allah, karena Allah menjelaskan dalamsebuah hadist qudsi, bahwa Dia sesuai dengan prasangka hambanya.

“ Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasnya Rasulullah sholallahu alaihi wa sallam bersabda :

يقول الله تعالى : ( أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ ).

“ Kata Allah subhanahu wa ta’ala: “ Aku tergantung bagaimana hamba-Ku berprasangakakepada-Ku “. ( HR. Bukhari dan muslim ).

Manusia wajib berprasangka baik kepada Allah, apapun keadaannya, karena Allah akanmenyikapi hambanya, sesuai dengan prasangka tersebut, jika itu berprasangka baik, maka Allah akanmemberikan keputusan yang baik untuknya, sebaliknya apabila hamba berburuk sangka, maka diaberarti telah menghendaki keputusan yang buruk dari Allah untuknya, Allah tidak akan menyianyiakanharapan hambanya yang senantiasa berbaik sangka kepada-Nya.

Seorang hamba yang bijak adalah yang senantiasa berbaik sangka kepada Allah disetiapkeadaan, jika dia diberi kenikmatan dia merasa bahwa hal ini adalah karunia dari Allah, ia tidak besarkepala dengan kenikmatan duniawi tersebut, sebaliknya apabila dia didera dengan penderitaan ataukekurangan harta, maka dia merasa bahwa Allah subhanahu wa ta’ala sedang mengujinya agar dapatmeraih tempat yang mulia, dia tidak berburuk sangka kepada Allah, dengan menganggap bahwa Allah ini tidak adil atau Allah telah menghinakannnya,

Kita harus belajar dari Hajar, seorang wanita yang baru mempunyai anak bayi, kemudianditinggalkan suaminya di padang pasir yang gersang akan tetapi dia yakin, jika ini adalah perintahAllah, maka Allah tidak mungkin menelantarkannya, Allah pasti akan membantunya, kisah ini bukanhanya untuk Hajar saja, dan kisah ini bukan hanya untuk zaman itu saja, namun kisah ini akan terusberulang pada setiap zaman dan masa.

Bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan menyianyiakan hamba-Nya yang senantiasaberbaik sangka kepada Allah di dalam setiap kondisi, Yakinlah, bahwa orang-orang yang tekunberibadah kepada Allah, beraqidah benar, menegakkan sholat, berpuasa, menunaikan zakat, dan menjalankan perintah agama lainnya, pasti mereka tidak akan pernah ditelantarkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. ( Faidah dari rekaman Khutbah, Ustad Abdullah Zaen ).

Hanif

Download PDF

[sdm_download id=”818″ fancy=”0″]