Kilas Balik Peristiwa Besar di Bulan Ramadhan

Kilas Balik Peristiwa Besar di Bulan Ramadhan

Oleh: Iqbal Muammar Rosyad

A. Pendahuluan

Persiapan untuk menyambut bulan Ramadhan tidak hanya siap fisik ataupun mental, tetapi juga kita wajib mempersiapkan ilmu untuk menyambut Ramadhan.  Salah satunya adalah ilmu sejarah kehidupan Nabi Muhammad (sirah nabawiyah). Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hazm –rahimahullah-:

فلو لم تكن له معجزة غير سيرته صلى الله عليه وسلم لكفى

“kalaupun tak ada mukjizat selain daripada perjalanan kehidupan Nabi, niscaya sudah cukup”.

Ali Zainal Abidin menguatkan:

كنا نُعلَّم مغازي النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ كما نعلم السورة من القرآن

“diajarkannya sejarah peperangan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam kepada kami sebagaimana kami diajarkan surat dari al-qur’an”. Dari paparan diatas mari kita menyeberang ke masa kejayaan Islam terkait peristiwa besar sebelum dan di bulan Ramadhan.

B. Kajian Teori
1. Perpindahan Kiblat

Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih tetap shalat menghadap Baitul Maqdis selama 16 bulan, ada yang mengatakan 17 bulan. Dan pada pertengahan bulan Rajab tahun kedua hijrah, Allah memerintahkan kepada Rasulullah untuk merubah arah kiblat shalat beliau dari arah Baitul Maqdis ke arah Ka’bah di Makkah, kiblat Nabi Ibrahim Alaihissallam dan Ismail Alaihissallam. Beliau pun mengarahkan wajahnya ke langit karena mengharapkan hal itu, hingga Allah menurunkan padanya ayat,

“Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.” {QS. Al-Baqoroh: 144.}

Dalam menentukan kiblat ke arah Baitul Maqdis, kemudian merubahnya ke arah Ka’bah, Allah memiliki berbagai hikmah yang besar, dan sebagai ujian bagi kaum Muslimin, orang-orang musyrik, Yahudi, dan kaum munafiq. Adapun muslimun, maka mereka mengatakan, “Kami dengar dan kami patuh,” serta mengatakan,

“Kami beriman dengannya, semuanya itu dari sisi Robb kami.” {QS. Ali Imron: 7.}

2. Fathu Makkah

Dahulu sebagian sahabat mengeluhkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beratnya siksaan Quraisy terhadap mereka dan memohon kepada beliau agar berdoa kepada Alloh supaya menyegerakan kemenangan akan tetapi Rasulullah menjawab, “Sungguh agama ini akan jaya akan tetapi kalian terburu-buru”. Rasulullah mentarbiyah sahabatnya dengan pengorbanan dan kesabaran karena buahnya pasti tercapai sekalipun lama. Lihatlah buah dari perjuangan dan kesabaran mereka tercapai setelah 21 tahun dalam berdakwah dan jihad fi sabilillah.

Tibalah saatnya untuk memerangi Quraisy dengan hak, dimana selama ini mereka memerangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya tanpa alasan yang dapat dibenarkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah para sahabatnya untuk bersiap perang, beliau merahasiakan tujuannya agar Quraisy tidak bersiap perang, hingga umat Islam kepung negeri mereka.

Mereka bersiap hinggap terkumpul 10.000 tentara. Tidak ada yang tertinggal seorang pun dari Muhajirin dan Anshar serta kabilah-kabilah yang tinggal di dekat Madinah. Bilangan yang sangat banyak ini menunjukkan betapa besarnya kemenangan Islam selama masa perjanjian Hudaibiyah (yang disebut oleh Alloh dalam Surat Al-Fath sebagai hari kemengan) yang baru berlangsung kurang dari dua tahun, betapa banyak yang masuk Islam dalam selang waktu gencatan senjata antara Quraisy dan kaum muslimin. Pada waktu Perang Ahzab tahun ke-5 pasukan sahabat hanya sebanyak 3.000 tentara dan yang ikut di Hudaibiyah pada tahun ke-6 hanya 1400 sahabat. Ini menunjukkan pengaruh positif dakwah Islam tatkala dibiarkan leluasa tanpa dihalangi atau diperangi.

Di tengah perjalanan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan tujuannya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala agar menutup semua berita kepada kaum Quraisy sebab beliau menghendaki penduduk Mekah menyerah dengan damai dan tidak menghendaki adanya peperangan terhadap kaumnya di Mekah.

3. Awal kehancuran Berhala Arab

Setelah Mekah menjadi wilayah Islam pada 20 Ramadhan 8 H, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai membersihkan Ka’bah dari kotoran kesyirikan. Berhala-berhala dibuang dan dihancurkan. Beliau sendiri turun tangan dalam peristiwa ini. Saat menghancurkan berhala-berhala itu beliau membaca ayat:

Katakanlah: “Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi”. [Quran Saba’: 49]

dan ayat:

Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang p

asti lenyap. [Quran Al-Isra: 81].

Jumlah berhala yang berada di Ka’bah kala itu adalah 360 berhala. Saat itu, di Ka’bah terdapat gambar Nabi Ibrahim, Ismail, dan Ishaq dalam keadaan sedang mengundi nasib dengan anak panah. Gambar-gambar itu diwarnai dengan za’faron. Nabi Muhammad tidak mau masuk ke dalam Ka’abah sebelum gambar-gambar itu dikeluarkan. Beliau bersabda, “Semoga Allah memerangi mereka. Ibrahim tidak pernah mengundi nasibnya dengan anak panah.” (HR. al-Bukhari: al-Fath (16/126, hadits No. 4288), dll).

Setelah pembersihan Ka’bah, Rasulullah mengirim utusan ke wilayah sekitar Mekah untuk menghancurkan berhala-berhala terbesar milik bangsa Arab. Rasulullah mengirim Khalid bin al-Walid bersama tiga puluh orang lainnya menuju Tsaqif. Mereka diamanahi untuk menghancurkan berhala al-Uzza.

4. Al-Qur’an Diturunkan

Al Quran pertama kali turun di bulan Ramadhan tepatnya di 10 malam terakhir Lailatul Qadar. Sebagian Ulama sepakat bahwa peristiwa itu terjadi pada hari Senin malam tanggal 21 bulan Ramadhan. Sehingga atas dasar inilah bulan Ramadhan sering disebut sebagai bulan Al Quran.

Peristiwa ini terjadi ketika beliau berusia genap 40 tahun (usia awal kematangan seseorang). Ketika itu beliau suka mengasingkan diri di Gua Hira tepatnya di Jabal Nur sambil membawa roti dari gandum dan air. Di Gua Hira Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalammenghabiskan waktunya untuk beribadah, merenungi kondisi masyarakat Makkah yang saat itu masih menyembah berhala dan merenungi keagungan alam di sekitarnya.

Hingga kemudian akhirnya pada bulan Ramadhan tahun ketiga, Allah berkehendak untuk melimpahkan rahmatNya kepada penghuni bumi dan menurunkan Jibril kepada beliau Sallallahu Alaihi Wasallam sambil membawa ayat-ayat Al Quran.

Lalu Nabi menceritakan apa yang baru saja terjadi di Gua Hira. Setelah itu beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Aku khawatir terhadap keadaan diriku sendiri”. Khodijah berkata sambil menenangkan hati beliau, “Tidak demi Allah, Allah sama sekali tidak akan menghinakan mu karena engkau suka menyambung tali persaudaraan, ikut membawakan beban orang lain, memberi makan orang miskin, menjamu tamu dan menolong orang yang menegakkan kebenaran”. Setelah itu Khadijah membawa beliau pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza (anak paman Khadijah) seorang Nasrani tua dan buta. Khadijah binti khuwailid berkata kepada Waroqoh, “Wahai sepupuku, dengarkanlah kisah dari saudaramu (Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam)”. Maka Waraqah pun bertanya kepada Rasulullah, “Apa yang telah engkau lihat saudaraku?” Lalu Nabi menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Akhirnya Waraqah berkata, “Ini adalah namus (Malaikat Jibril) yang pernah diturunkan Allah kepada Musa, andaikan saja aku masih muda pada, andai saja aku masih hidup tatkala kaum mu mengusirmu”. “Benarkah mereka akan mengusirku?” Rasul bertanya. “Benar, tidak seorangpun yang pernah membawa seperti yang engkau bawa melainkan akan dimusuhi, andai aku masih hidup pada masamu nanti tentu aku akan membantumu secara sungguh-sungguh”. Tapi Waraqah meninggal dunia pada saat turun Wahyu (Hadits shohih, riwayat al-Bukhori, 1/2-3 dalam kitabnya).

5. Perang Badar

Mengetahui pergerakan umat Islam dari Madinah, Quraisy segera menyiapkan pasukan besar untuk berperang. Mereka membawa 1300 pasukan. 600 di antaranya pasukan berbaju besi. Dan 100 di antaranya penunggang kuda. Mereka juga membawa onta dalam jumlah yang besar. Sementara kaum muslimin hanya berjumlah 314 orang. Ada yang mengatakan 319 orang. 83 di antaranya adalah kaum Muhajirin.

Nabi duduk khusyuk bermunajat kepada Rabbnya. Memohon pertolongan kepada Maha Penolong. Beliau berdoa:

اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِيْ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِيْ اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الإِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِي الأَرْضِ

“Ya Alloh, penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini.” (HR. Muslim no 1763).

Dalam riwayat lain

“Ya Alloh, Inilah Quraisy. Mereka datang dengan segala kesombongan dan kebanggan mereka. Mereka menantang-Mu dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, kurniakan kemenangan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, binasakanlah mereka pada pagi ini.” (Sirah Ibnu Hisyam: 3/164).

Sampai-sampai rida’ beliau terjatuh dari pundaknya karena begitu tingginya beliau mengangkat tangannya ke arah langit. Melihat keadaan demikian, Abu Bakar merasa tak sampai hati. Ia taruh kembali rida’ Nabi di atas pundaknya dan mendekapkannya. Kemudian Abu Bakar berkata, “Wahai Nabi Alloh, munajatmu kepada Rabbmu telah mencukupi. Dia pasti memenuhi apa yang Dia janjikan kepadamu”. Nabi pun keluar dari tendanya, kemudian membacakan firman Alloh

“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” (QS:Al-Qamar | Ayat: 45).

C. Kesimpulan
1. Pengokohan aqidah diutamakan dari segala bentuk syariat lainnya.
2. Kesabaran didalam beragama (berdakwah).
3. Perjalanan kehidupan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam merupakan mukjizat.
4. Ramadhan adalah bulan perjuangan.

Referensi:

1. Ar Rahiqul Makhtum karya Syekh Shafiyurrahman al-Mubarakfury.
2. Jami’us Sirah karya Ibnul Qoyyim AlJauziyah.
3. Majalah As-Sunnah.
5. Kisahmuslim.com