Petuah-petuah Para Sahabat Nabi


Petuah adalah nasehat alim ulama. Mereka adalah ahli waris para Nabi, yang mendapatkan bagian terbesar dari ‘harta warisan’ para Nabi yang sangat berharga yaitu ilmu dan hikmah. Dari hati yang disinari wahyu ilahi terucaplah nasehat-nasehat yang menembus hati. Alim ulama yang berada di tingkatan yang tertinggi adalah para sahabat Nabi Muhammad ﷺ. Mereka adalah orang-orang yang bertemu dengan Nabi, beriman kepadanya dan wafat dalam keadaan beriman.

Abu Bakar Ash-Shidiq

Dia adalah ‘amirul mukminin’ yang pertama, yang menggantikan Nabi Muhammad ﷺ memimpin umat Islam. Ilmu dan ibadahnya tidak diragukan lagi. Dikenal dengan orang yang hatinya sangat lembut namun tetap tegas dan sangat kuat dalam meneladani Nabi Muhammad ﷺ.

Berikut ini petuah-petuah dari Abu Bakar As-Shidiq:

قَدْ وُلِّيْتُ أَمْرَكُمْ وَ لَسْتُ بِأَخْيَرِكُمْ، فَأَعِيْنُوْنِيْ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوْنِيْ اسْتَقَمْتُ فَاتَّبِعُوْنِيْ، وَ إِذَا رَأَيْتُمُوْنِيْ زغْتُ فَقَوِّمُوْنِيْ

“Aku telah diberi amanah untuk menjadi pemimpin kalian, sedangkan aku bukan yang terbaik di antar kalian, maka dari itu tolonglah aku. Jika kalian mendapati aku lurus, ikutilah aku. Dan jika kalian mendapati aku melenceng, luruskanlah aku.”

Ini adalah penggalan kalimat dari khotbah yang panjang dari Abu Bakar Ash-Shidiq ketika beliau telah disepakati menjadi khalifah setelah Rasulullah wafat.

Di dalam kalimat ini ada banyak pelajaran di antaranya:

Pertama, pemimpin adalah orang yang rendah hati. Sekalipun dia orang yang terbaik, akan tetapi hal ini tidak membuatnya sombong.

Kedua, pemimpin adalah orang yang siap menerima nasehat, saran dan kritik dari orang-orang yang dipimpin.

Umar bin Khattab

Dia adalah khalifah kedua yang ditunjuk menggantikan Abu Bakar Ash-Shidiq. Dikenal dengan orang yang sangat pemberani dan tegas. Namun hatinya mudah tersentuh dengan ayat-ayat Al-Qur’an.

Umar bin Khattab mempunyai kebiasaan membagi-bagi gandum untuk para janda dan anak-anak yatim. Beliau membawa sendiri karung gandum tersebut di atas pundaknya. Suatu ketika ada orang yang berkata kepada Umar :

“Biarkan saya yang membawakan.”

Umar menjawab:

وَ مَنْ يَحْمِلُ عَنِّيْ يَوْمَ القِيَامَةِ ذُنُوْبِيْ

“Siapa yang mau memikul dosa-dosaku di hari kiamat (akherat)?”

Seorang pemimpin yang sangat takut kepada Allah, menyadari bahwa kepemimpinannya adalah amanah dari Allah. Yang wajib digunakan untuk mensejahterakan rakyatnya. Maka dari itu beliau merasa ‘berdosa’ jika ada rakyatnya yang kelaparan. Padahal bisa saja beliau memerintah orang lain untuk menyantuni fakir miskin. Namun rasa takut kepada Allah itulah yang membuatnya enggan menyuruh orang lain untuk ini.

Ali bin Abi Thalib

Dia adalah amirul mukminin yang keempat. Menggantikan ‘Utsman bin ‘Affan yang syahid setelah dibunuh para pemberontak. Ali bin Abi Thalib dikenal dengan kecerdasannya serta kekuatan fisiknya.

Beliau pernah berkata:

لَا يَسْتَحِي الجَاهِلُ أَنْ يَسْأَلَ عَمَّا لَمْ يَعْلَمْ ، وَ لَا يَسْتَحِي عَالِمٌ إِذَا سُئِلَ عَمَّا لَا يَعْلَمُ أَنْ يَقُوْلَ “الله أَعْلَمُ”

“Orang yang tidak tahu tidak perlu malu bertanya tentang apa yang tidak dia tahu. Begitu juga orang yang tahu tidak perlu malu mengatakan ‘Allahu a’lam’ (Allah yang lebih tahu) ketika dia ditanya sesuatu yang tidak dia tahu.”

Kalimat ini mengandung adab untuk seorang yang alim dan seorang penuntut ilmu. Akan pentingnya bertanya dan mengakui bahwa dirinya tidak tahu, dengan mengatakan “Allahu a’lam” (Allah yang lebih tahu).

Beliau juga berkata:

الفَقِيْه كُلَّ الفَقِيْهِ مَنْ لَا يقنط النَّاسَ مِنْ رَحْمَةِ الله، وَ لَا يُؤَمِّنُهُمْ مِنْ عَذَابِ الله، وَ لَا يُرَخِّصُ فِيْ مَعَاصِي الله، وَ لَا يَدَعُ القرْآنَ رَغْبَةً مِنْهُ إِلَى غَيْرِهِ

“Orang yang benar-benar alim (faqih) adalah yang tidak membuat manusia putus harapan dari rahmat Allah. Tidak membuat manusia merasa aman dari siksa Allah. Tidak memberi keringanan kepada manusia dalam berbuat maksiat. Dan tidak meninggalkan Al-Qur’an karena tidak suka kepadanya, dan berganti menyukai sesuatu selain Al-Qur’an.”

Beliau juga berkata:

التَّقْوَى هِيَ تَرْكُ الإِصْرَارِ عَلَى المعْصِيَّة ، وَ تَرْكُ الاِغْتِرَار بِالطَّاعَةِ

“Takwa adalah tidak terus-menerus berbuat maksiat dan tidak tertipu (merasa tinggi) dengan ketaatan yang dilakukan.”

‘Abdullah bin Mas’ud

Dia adalah salah satu alim ulama dari kalangan sahabat Nabi Muhammad ﷺ. Di antara petuah Ibnu Mas’ud adalah:

لَوْ أَنَّ رَجُلًا قَامَ بَيْنَ الرُّكْنِ وَ المقَامِ يَعْبُدُ الله تَعَالَى لَبَعَثَهُ الله يَوْمَ القِيَامَةِ مَعَ مَنْ يُحِبُّ

“Seandainya seseorang berdiri di antara ‘rukun Yamani’ dan ‘maqom Ibrahim’, beribadah kepada Allah, selama 70 tahun, sedangkan dia mencintai orang yang zhalim maka di akherat nanti Allah akan membangkitkannya bersama orang yang dia cintai itu.”

Inilah bahayanya mencintai orang yang zhalim. Karena dengan mencintainya berarti dia tidak mengingkari kezhalimannya, walaupun hanya dengan hatinya. Padahal tingkatan mengingkari kemungkaran dan kezhaliman yang paling rendah adalah mengingkari dengan hati.

Beliau juga berkata:

لَيْسَ العِلْمُ بِكَثْرَةِ الرِّوَايَةِ، إِنَّمَا العِلْمُ بِالخَشْيَةِ

“Ilmu tidak sekedar banyaknya riwayat yang dikumpulkan, akan tetapi ilmu yang sebenarnya adalah rasa takut kepada Allah.”

Demikianlah hakekat ilmu agama. Bukan sekedar mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya,  akan tetapi yang dituntut adalah semakin takut kepada Allah dengan semakin bertambahnya ilmu.Hal ini senada dengan firman Allah:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”(Fathir : 28)

Ubay bin Ka’ab

Dia adalah salah satu ‘ahli Qur’an’ dari kalangan sahabat Nabi Muhammad ﷺ. Cukuplah sebagai kemuliaannya, ketika Allah memerintah Nabi membacakan untuknya surat ‘Al-Bayyinah’.

Ubay bin Ka’ab pernah berkata:

مَا مِنْ عَبْدٍ تَرَكَ شَيْئًا للهِ إِلَّا أَبْدَلَهُ الله عَزَّ وَ جَلَّ مَا هُوَ خَيْرٌ مِنْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Tidaklah seorang hamba meninggalkan sesuatu karena Allah, kecuali Allah akan memberinya ganti dengan sesuatu yang lebih baik, dari arah yang tidak dia sangka sama sekali.”

‘Abdullah bin ‘Umar

Dia adalah ahli ibadah dari kalangan sahabat Nabi. Dan dikenal dengan sifat zuhudnya terhadap kehidupan dunia. Di antara petuah Ibnu ‘Umar adalah:

لَا يَكُوْنُ الرَّجُلُ مِنْ أَهْلِ العِلْمِ حَتَّى لَا يَحْسد مَنْ فَوْقَهُ وَ لَا يَحقر مَنْ تَحْتَهُ وَ لَا يَبْتَغِيْ بِالعِلْمِ ، و الله أَعْلَم

“Seseorang tidak akan menjadi alim ulama sampai dia tidak iri kepada yang lebih tinggi ilmunya dari dia, tidak meremehkan orang yang lebih rendah ilmunya, dan tidak mencari bayaran dengan ilmunya. Wallahu a’lam.”

Seorang alim ulama yang ikhlas mengajarkan ilmu telah mendapatkan balasan dari Allah yang jauh lebih berharga dari harta. Berupa pahala yang terus mengalir. Doa dari seluruh makhluk, yang meminta kepada Allah ampunan untuk para alim ulama yang mengajarkan kebaikan kepada umat manusia. Maka tercela ketika seorang yang dianugerahi ilmu mengharapkan kesenangan dunia semata sebagai ganti atas ilmu yang dia ajarkan. Adapun jika dia tidak mengharapkannya akan tetapi mendapatkannya, maka insyaaAllah itu adalah kebaikan yang Allah segerakan di dunia untuk orang-orang yang ikhlas. Wallahu a’lam

Sumber:

Kitab ‘Ath-Thabaqat Al-Kubra (Lawaqihul Anwar Fi Thabaqat Al-Akhyar).

Fajri Nur Setyawan