Abu Bakar As Shiddiq

 

Siapa pun yang menelurusi jejak perjalanan hidup para sahabat akan melihat sosok-sosok manusia dengan prestasi luar biasa. Manusia yang mampu membangkitkan semangat juang di jalan Allah dan menyempurnakan kesabaran mempertahankan ke-Islaman saat ujian dan fitnah mendera bertubi-tubi. Kepribadian mereka yang agung dapat menghidupkan hati setiap orang yang membaca kisah mereka, berikut ini sepenggal biografi dari salah satu sahabat yang terbaik yang iman dan amalnya tidak disanksikan lagi, yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu’anhu.

Nasab dan Karakter Beliau

Nama beliau -menurut pendapat yang shahih- adalah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taiym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al Qurasyi At Taimi. Beliau memiliki kun-yah: Abu Bakar (Al-Istii’ab fi Ma’rifatil Ashab 1:294)

Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan sifat fisik ayahnya, “Ia seorang yang berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya, wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, dahinya lebar, dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai inai atau katam (Thabaqat Ibnu Sa’ad, 1: 188).

Adapun akhlak Abu Bakar radhiyallahu’anhu, ia adalah seorang yang terkenal dengan kebaikan, keberanian, sangat kuat pendiriannya, mampu berpikir tenang dalam keadaan genting sekalipun, penyabar yang memiliki tekad yang kuat, dalam pemahamannya, paling mengerti garis keturunan Arab, orang yang bertawakal dengan janji-janji Allah, wara’ dan jauh dari kerancuan pemikiran, zuhud, dan lemah lembut. Beliau adalah sosok yang selalu menjaga kehormatan dan kesucian diri, di zaman jahiliah beliau jauh dari perbuatan hina dan nista berikut penuturan beliau: “Aku adalah orang yang menjaga kehormatan  dan menjaga muru`ah, siapa yang meminum khamer maka dia telah melalaikan kehormatan dan muru`ah-nya.”(lihat Tarikh Al-Khulafa no 49)

Gelar Beliau

Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya ‘yang berkata benar’) setelah Abu Bakar radhiyallahu’anhu membenarkan peristiwa Isra Mi’raj yang diceritakan oleh Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam kepada para pengikutnya, beliau membenarkan kabar dari Nabi dengan kepercayaan yang sangat tinggi.

Ketika pagi hari setelah malam Isra Mi’raj, orang-orang kafir berkata kepadanya: ‘Teman kamu itu (Muhammad) mengaku-ngaku telah pergi ke Baitul Maqdis dalam semalam’. Beliau menjawab:

 إِنْ كَانَ قَالَ فَقَدْ صَدَقَ

Jika ia berkata demikian, maka itu benar

(Lihat Al-Istii’ab fi Ma’rifatil Ashab 1:295)

Allah Ta’ala pun menyebut beliau sebagai Ash Shiddiq:

وَالَّذِي جَاء بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Az Zumar: 33)

Tafsiran para ulama tentang ayat ini, yang dimaksud ‘orang yang datang membawa kebenaran’ (جَاء بِالصِّدْقِ) adalah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dan yang dimaksud ‘orang yang membenarkannya’ (صَدَّقَ بِهِ) adalah Abu Bakar Radhiyallahu’anhu.

sehingga ia lebih dikenal dengan nama “Abu Bakar ash-Shiddiq”.

Keutamaan

Tidak ada satu pun di antara para sahabat, kecuali telah melukiskan sejarah keharuman pribadi-pribadi yang mesti dijadikan teladan, begitu pula sahabat Abu Bakar radhiyallahu’anhu, tidak ada manusia yang memiliki keutaman sebanyak keutamaan Abu Bakar Radhiallahu’anhu setelah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam

  1. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah manusia terbaik setelah Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam dari golongan umat beliau dan dikabarkan masuk surga

Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhu berkata:

كُنَّا نُخَيِّر ُبَيْنَ النَّاسِ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَنُخَيِّرُ أَبَا بَكْرٍ ، ثُمَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ ، ثُمَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ

Kami pernah memilih orang terbaik di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Kami pun memilih Abu Bakar, setelah itu Umar bin Khattab, lalu ‘Utsman bin Affan Radhiyallahu’anhu” [HR. al-Bukhâri, no. 3655]

أَبُوْ بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ، وُعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَلِيُّ فِي الْجَنَّةِ، وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ،وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنُ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ، وَسَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ فِي الْجَنَّةِ، وَسَعِيْدُ بْنُ زَيْدٍ فِي الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةُ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ

Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa`ad bin Abī Waqqās di surga, Sa’id bin Zaid di surga, Abu Ubaidah bin al-Jarrah di surga

 (HR. Tirmidzi no 3747 dan Abu Daud no 4649 dishahihkan oleh Al Albani)

  1. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah orang yang menemani Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam di gua ketika dikejar kaum Quraisy

Allah Ta’ala berfirman,

ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ الله َمَعَنَا

Salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita”” (QS. At Taubah: 40)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “salah seorang dari dua orang” itu adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, yang mana saat itu mereka berdua (Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) lari dari kota Mekah, dan berlindung di dalam Gua Tsur yang letaknya cukup jauh dari Mekah.. (Lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, halaman 450.)

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, dari hadits Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Abu Bakar berkata kepadanya:

نَظَرْتُ إِلَى أَقْدَامِ الْمُشْرِكِيْنَ عَلَى رُؤُوْسِنَا وَنَحْنُ فِي الْغَارِ فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ نَظَرَ إِلَى قَدَمَيْهِ أَبْصَرَنَا تَحْتَ قَدَمَيْهِ . فَقَالَ : يَا أَبَا بَكْرٍ مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا

Ketika berada di dalam gua, aku melihat kaki orang-orang musyrik berada dekat dengan kepala kami. Aku pun berkata kepada Rasulullah: ‘Wahai Rasulullah, kalau di antara mereka ada yang melihat kakinya, mereka akan melihat kita di bawah kaki mereka’. Rasulullah berkata: ‘Wahai Abu Bakar, engkau tidak tahu bahwa bersama kita berdua yang ketiga adalah Allah’” [HR. al-Bukhâri, no. 3653, Muslim, no. 2381]

  1. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah khalifah pertama dan dipilih sebagai khalifah berdasarkan isyarat Rasulullah

Ketika Nabi shallallahu’alaihi wasallam sakit keras, beliau memerintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam shalat berjama’ah. Dalam Shahihain, dari ‘Aisyah Radhiyallahu’anha ia berkata:

Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sakit menjelang wafat, Bilal datang meminta idzin untuk memulai shalat. Rasulullah bersabda: ‘Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’. ‘Aisyah berkata: ‘Abu Bakar itu orang yang terlalu lembut, kalau ia mengimami shalat, ia mudah menangis. Jika ia menggantikan posisimu, ia akan mudah menangis sehingga sulit menyelesaikan bacaan Qur’an. Nabi tetap berkata: ‘Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’. ‘Aisyah lalu berkata hal yang sama, Rasulullah pun mengatakan hal yang sama lagi, sampai ketiga atau keempat kalinya Rasulullah berkata: ‘Sesungguhnya kalian itu (wanita) seperti para wanita pada kisah Yusuf, perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’

Oleh karena itu Umar bin Khattab Radhiyallahu’anhu berkata:

أَفَلاَ نَرْضَى لِدُنْيَانَا مَنْ رَضِيَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِدِيْنِنَا

Apakah kalian tidak ridha kepada Abu Bakar dalam masalah dunia, padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah ridha kepadanya dalam masalah agama?

  1. Umat Muhammad diperintahkan untuk meneladani Abu Bakar Ash Shiddiq

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

اقْتَدُوْا باِللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِيْ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ

Ikutilah jalan orang-orang sepeninggalku yaitu Abu Bakar dan Umar” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Maajah, hadits ini shahih)

  1. Abu Bakar Ash Shiddiq melakukan banyak perbuatan agung dalam sehari

Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Siapa yang hari ini berpuasa? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”

“Siapa yang hari ini ikut mengantar jenazah? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”

“Siapa yang hari ini memberi makan orang miskin? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”

“Siapa yang hari ini menjenguk orang sakit? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bersabda: ‘Tidaklah semua ini dilakukan oleh seseorang kecuali dia akan masuk surga’” [HR. Muslim, no. 1028]

Jasa –jasa Beliau pada Islam

  1. Menginstruksikan agar jenazah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam diurus hingga dikebumikan.
  2. Melanjutkan misi pasukan yang dipimpin Usamah radhiyallahu’anhu yang sebelumnya telah dipersiapkan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam sebelum wafat.
  3. Menyatukan persepsi seluruh sahabat untuk memerangi kaum murtad dan nabi palsu serta orang-orang yang membangkang untuk membayar zakat.

Adapun nama-nama nabi palsu itu adalah sebagai berikut: Aswad Al Ansi dari Negeri Yaman, Musailamah Al Kadzab dari Bani Hunaifah di Yamamah, Thulaihah Ibnu Khuwailid.

  1. Memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan al-Qur`an dari berbagai tempat penulisan, baik yang ditulis di kulit-kulit, dedaunan, maupun yang dihafal dalam dada kaum Muslimin. Peristiwa itu terjadi setelah para Qari’ (penghafal al-Qur`an) banyak yang terbunuh dalam peperangan Yamamah
  2. Pengiriman pasukan untuk menyebarkan Agama Allah subhaanahu wa ta’ala kepada bangsa-bangsa yang bertetangga dengan kaum muslimin baik kepada penduduk Persia maupun penduduk Syam (lihat Tarikh Al-Khulafa no 49)

Wafat Beliau

Beliau wafat pada hari Senin di bulan Jumadil Awwal tahun 13 H ketika beliau berusia 63 tahun.(lihat Tarikh Al-Khulafa hal 18)

Semoga Allah meridhainya dan mengumpulkan kita bersamanya di surga kelak.

Abdurrahman Bima