Islam (Definisi, Keistimewaan, Pokok Ajarannya)

Islam

(Definisi, Keistimewaan, Pokok Ajarannya)

 

  1. Definisi Islam

Islam adalah ajaran agama para Rasul; dari Rasul pertama, sampai yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para Rasul menyeru umat manusia untuk menyembah Tuhan yang satu, yaitu Allah ‘Azza wa Jalla.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“ Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu …”(An-Nahl : 36)

Dilihat dari ajaran tauhid ini, ada ulama yang mengatakan bahwa Islam adalah :

“Menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dengan cara mentauhidkan-Nya, tunduk kepada- Nya dengan melakukan ketaatan, dan menjauhi kemusyrikan dan orang-orang yang melakukannya.”

Akan tetapi jika dilihat dari ‘pondasi-pondasi’ ajarannya, Islam juga bisa didefinisikan dengan :

“Bersaksi bahwa hanya Allah yang berhak disembah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Menegakkan shalat, membayar zakat, puasa Ramadhan, dan haji bagi yang sanggup melakukannya.”

Lima hal ini kemudian dikenal dengan istilah ‘Rukun Islam’.

Dan jika ditinjau dari kelengkapan ajaran Islam yang mencakup semua sisi kehidupan. Islam juga bisa didefinisikan dengan :

“Kumpulan ajaran dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang berupa aqidah, akhlak, ibadah, mu’amalah, dan berita-berita yang disampaikan Nabi kepada umat manusia.”

  1. Keistimewaan Islam

Bersumber dari Allah

Sumber dan yang menggariskan ajaran Islam adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ajaran tersebut adalah wahyu yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Dengan keistimewaan ini maka syariat Islam tidak bisa disamakan dengan jalan hidup atau undang-undang buatan manusia. Karena sumbernya adalah manusia, sedangkan syariat Islam sumbernya adalah ‘Tuhannya manusia’.

Dan karena Islam bersumber dari Allah yang Maha Sempurna, maka demikian juga ajaran Islam, sempurna dan tidak ada cacat sedikitpun di dalamnya.

Menyeluruh

Menyeluruhnya ajaran Islam tidak menerima pengecualian sama sekali. Dalam arti mencakup semua sisi kehidupan. Maka tidak dibenarkan seorang muslim berkata: “Dalam masalah ini aku mempunyai prinsip sendiri, dan tidak mau terikat dengan ajaran Islam.”

Sekilas tentang menyeluruhnya ajaran Islam, sebagai berikut :

Hukum Islam terbagi menjadi empat kelompok besar : Pertama, hukum Islam berkaitan dengan akidah. Kedua, hukum Islam berkaitan dengan akhlak. Ketiga, hukum Islam berkaitan dengan hal-hal yang mengatur hubungan antara hamba dengan Allah. Keempat, hukum Islam berkaitan dengan hal-hal yang mengatur hubungan antara hamba dengan sesamanya.

Poin keempat ini paling luas pembahasannya, sehingga dibagi lagi ke dalam beberapa bagian :

  1. Hukum Islam berkaitan dengan keluarga.
  2. Berkaitan dengan muamalah, seperti jual beli, sewa menyewa dan lain-lain.
  3. Berkaitan dengan kehakiman.
  4. Hukum Islam berkaitan dengan hak-hak non muslim yang hidup di wilayah muslim.
  5. Berkaitan dengan hubungan negara Islam dengan negara-negara selainnya. Dalam hal perdamaian atau sebaliknya.
  6. Berkaitan dengan tata negara.
  7. Berkaitan dengan pengaturan ekonomi negara.
  8. Berkaitan dengan pidana.

 

Balasan dan Hukuman

Ajaran Islam bukan hanya berisi tentang bimbingan dan arahan. Akan tetapi ajaran Islam juga membahas tentang ‘balasan’ atau ‘hukuman’, dari setiap perbuatan yang dilakukan seorang hamba Allah di dunia.

Pada asalnya balasan atau hukuman ini berlaku di akherat. Akan tetapi karena beberapa sebab yang mendesak, Islam menetapkan beberapa balasan di dunia. Sebab-sebab tersebut diantaranya:

Keseimbangan dan kenyamanan dalam hidup di masyarakat, hubungan antar individu dan jaminan hak setiap manusia, dan lain-lain. Karena sebab-sebab inilah Islam menetapkan balasan-balasan atau hukuman-hukuman yang diberlakukan di dunia.

Pada asalnya hukuman di dunia tidak menghalangi adanya hukuman di akherat, bagi orang yang bermaksiat. Kecuali jika dia iringi maksiatnya itu dengan taubat yang sebenar-benarnya.

Dan dengan mengetahui adanya hukuman akherat ini seorang muslim terdorong untuk tunduk dan patuh terhadap hukum-hukum syari’at, baik ketika bersama orang lain maupun ketika sendirian, karena takut siksa Allah di akherat.

Ajaran Islam ‘Universal’ Untuk Seluruh Umat Manusia di Semua Zaman dan Tempat

Allah berfirman :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (Saba’ : 28)

Karena ‘universal’ nya Islam ini maka Islam dan ajarannya bisa mewujudkan kemaslahatan umat manusia. Islam juga sanggup memenuhi apa yang menjadi kebutuhan mereka. Hal ini berdasarkan beberapa bukti :

Pertama, Islam sangat perhatian dengan ‘maslahat’ atau kebaikan dalam ajaran-ajarannya.

Kedua, Islam mempunyai prinsip-prinsip dasar dan kaidah-kaidah yang mengandung hukum-hukum yang memungkinkan diterapkan umat manusia di setiap zaman dan tempat. Di antara contoh prinsip dasar ini adalah : ‘Prinsip Musyawarah’, ‘Prinsip Persamaan’, ‘Prinsip Keadilan’, dan ‘Prinsip Tidak Boleh Membahayakan Orang lain’.

Ketiga, Islam mempunyai sumber-sumber hukum yang dengannya menjadikan ajaran-ajaran Islam ‘fleksibel’ dan bisa menyesuaikan perkembangan zaman. Sumber hukum Islam ada yang merupakan sumber pokok, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan ada sumber hukum yang merupakan percabangan dari keduanya. Misalnya dalil yang diistilahkan dengan ‘ijma’ (kesepakatan ulama), atau sarana untuk ‘ijtihad’, misalnya ‘qiyas’.

Maka dengan sumber-sumber hukum ini Islam mampu menentukan hukum dan sikap untuk kejadian-kejadian yang ada di setiap zamannya, yang sebelumnya tidak ada di zaman Nabi.

Islam Mendorong Untuk Menjadi yang Terbaik dan Realistis

Termasuk keistimewaan ajaran Islam adalah ajarannya yang mendorong seorang muslim untuk menjadi yang ‘terbaik’. Akan tetapi di sisi lain Islam juga ‘realistis’, dalam arti tetap memperhatikan kenyataan yang ada pada diri manusia. Seorang muslim dituntut meraih tingkatan ‘paling sempurna’ dalam setiap amalan, sesuai dengan kemampuan yang dia miliki. Islam mengajarkan untuk bersikap ‘seimbang’, yaitu tidak melampaui batas dan tidak meremehkan.

  1. Pokok Ajaran Islam

Para ulama Islam dari zaman ke zaman menegaskan bahwa inti ajaran Islam adalah mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan.

Imam Al-‘Izz bin ‘Abdus Salam berkata :

إِنَّ الشَّرِيْعَةَ كُلُّهَا مَصَالِحٌ؛ إِمَّا دَرْءُ مَفَاسِد، أَوْ جَلْبُ مَصَالِح

“Sesungguhnya syariat Islam semuanya adalah kebaikan; adakalanya menolak keburukan-keburukan atau mendatangkan kebaikan-kebaikan.”

Allah berfirman :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya’ : 107)

Syaikh ‘Abdul Karim Zaidan mengataan bahwa ayat ini adalah salah satu dalil yang menunjukkan inti ajaran Islam yaitu mendatangkan maslahat dan menolak keburukan. Inilah yang dimaksud ‘rahmat’ untuk semester alam, yang karenanya Nabi Muhammad diutus.

Kemudian ulama mengatakan bahwa ‘maslahat’ ada tiga macam ; pertama, maslahat yang bersifat ‘darurat’, dalam arti harus dan wajib ada masalahat ini. Kedua, maslahat yang bersifat ‘kebutuhan’, yang diistilahkan dengan ‘maslahah hajiyyah’. Dan yang ketiga, maslahat yang sifatnya ‘tambahan’, yang diistilahkan dengan ‘maslahah tahsiniyyah’.

Semua ajaran Islam ada untuk mewujudkan tiga maslahat ini. Dengan demikian kebahagiaan manusia bisa terealisasi di dunia maupun di akherat.

 

Fajri Nur Setyawan, Lc

Sumber :

Kitab ‘Ushul Ad-Da’wah’; Dr. ‘Abdul Karim Zaidan