Memakmurkan Masjid

[A] – Definisi dan Kedudukan Masjid

 

Dalam Bahasa Arab, kata ‘masjid’ adalah pecahan dari kata ‘sujud’; dan sujud adalah gerakan shalat yang paling mulia, dibandingkan gerakan-gerakan shalat yang lain.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ العَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَ هُوَ سَاجِدُ

“Keadaan yang paling dekat antara hamba dengan Tuhannya adalah ketika dia sujud.”[HR. Muslim]

Masjid adalah tempat yang paling dicintai Allah. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَحَبُّ البِلَادِ إِلَى الله مَسَاجِدُهَا

“Tempat yang paling Allah cintai adalah masjid.” [HR. Muslim]

Selain itu, masjid adalah tempat yang paling mulia di muka bumi, sekaligus ‘sekolah pertama’ bagi umat Islam.

Menurut ahli fikih, masjid artinya:

بُقْعَةٌ مِنَ الأَرْضِ تَحَرَّرتْ عَنِ التَّمَلُّكِ الشَّخْصِيِّ وَ خُصِّصَتْ لِلصَّلَاةِ الْعِبَادَةِ

“Sebuah tempat di bumi yang bebas dari kepemilikan pribadi dan dikhususkan untuk shalat dan ibadah.”

[Minhatul ‘Allam fie Syarhi Bulughil Maram, karya Dr. ‘Abdullah Al-Fauzan, jilid 2 hal. 464-465, Cet. Dar Ibnil Jauzy linNasyr watTauzi’, Kerajaan Saudi Arabia]

 

[B] – Beberapa Keutamaan Memakmurkan Masjid

Allah berfirman:

(( إنّما يَعْمُر مساجدَ الله مَن آمنَ بالله و اليومِ الآخر و أقام الصلاةَ و آتى الزكاةَ و لم يَخْشَ إلّا اللهَ فَعسى أولائك أنْ يَكونوا مِن المهتدين ))

“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun), kecuali kepada Allah. Maka, mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” [QS. At Taubah, 18]

Dari ayat ini kita bisa mengambil beberapa keutamaan memakmurkan masjid, antara lain:

(1) – Orang-orang yang memakmurkan masjid mendapatkan pujian dari Allah.

Ini bisa diketahui dari konteks ayatnya, karena ayat tersebut konteksnya adalah memuji. Dan yang dipuji dalam ayat ini adalah orang-orang yang memakmurkan masjid.

Pujian dari manusia belum tentu baik, akan tetapi pujian dari Allah pasti baik dan untuk mendapatkan pujian Allah, salah satunya adalah dengan memakmurkan masjid.

(2) – Memakmurkan masjid bagian dari iman.

Disebutkan dalam hadits riwayat Ahmad, Ibnu Majah, At Tirmidzi dan lain-lain, dari Abu Sa’id Al Khudry radhiyallahuanhu, Nabi shallallahualaihi wasallam bersabda:

إِذَا رَأَيْتُمْ الرَّجُلَ يَعْتَادُ المسَاجِدَ فَاشْهَدُوْا لَهُ بِالْإِيْمَانِ

“Jika kalian melihat orang suka mendatangi masjid-masjid, maka berilah persaksian bahwa dirinya beriman.”

Hadits ini derajatnya hasan, sebagaimana yang dikatakan oleh At Tirmidzi. [Fathul Qadir, Imam Syaukany rahimahullah hal. 562, Cet. Dar Al Ma’rifah, Libanon]

(3) – Orang-orang yang memakmurkan masjid mendapatkan hidayah dari Allah.

Hal ini diketahui dari firman Allah pada bagian akhir dari ayat di atas, bahwa orang-orang yang memakmurkan masjid itu termasuk orang-orang yang mendapatkan hidayah dari Allah.

Kita tahu, hidayah ‘mahal’ harganya, tidak semua orang bisa memperolehnya. Dan salah satu cara mendapatkan hidayah adalah dengan memakmurkan masjid.

 

[C] – Cara Memakmurkan Masjid

Dalam Bahasa Arab, jika dikatakan: “Memakmurkan rumah. Maknanya adalah: “Membangun rumah. Atau: “Tinggal di dalam rumah..

Sehingga, jika dikatakan: “Memakmurkan masjid. Maknanya adalah: “Membangun masjid. Atau: “Tinggal di dalam masjid.. [Kamus Mishbah Al Munir, Mukhtar AshShihhah]

Oleh karena itu, Syaikh Shalih Al Fauzan hafidzahullah mengatakan, bahwa memakmurkan masjid itu mencakup dua hal:

(1) – Memakmurkan masjid dengan menggunakan bahan bangunan.

Dalam sebuah hadits riwayat An Nasaa-i disebutkan:

مَنْ بَنَى لله مَسْجِدا بَنَى الله لَه بَيتا فِيْ الجَنَّة

“Siapa yang membangun masjid ikhlas karena Allah, Allah akan membangun untuknya satu rumah di Surga.”

Keutamaan yang besar ini bisa diraih dengan izin Allah dengan syarat orang yang membangun masjid tersebut ikhlas, mencari pahala, menyediakan tempat ibadah yang nyaman untuk umat Islam.

Ikhlas inilah yang menyebabkan sebuah masjid bernilai tinggi di hadapan Allah.Sebagaimana dahulu di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, masjid Nabawi sangat sederhana, atapnya adalah pelepah kurma, tiang-tiangnya dari batang pohon kurma dan tembok-temboknya campuran tanah dan batu. Meskipun demikian, masjid Nabawi saat itu adalah masjid yang paling mulia di hadapan Allah setelah Masjidil Haram. [Kitab Majalisu Syahri Ramadhan, Syaikh Shalih Al Fauzan, Cet. Dar Al ‘Ashimah, Riyadh]

Tidak boleh berlebih-lebihan dalam membangun masjid, karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا تَقُومُ السَّاعَة حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسُ فِيْ المسَاجِد

“Tidak akan terjadi kiamat sampai orang-orang berbangga-bangga dengan masjid-masjid.”[HR. Ahmad, Abu Dawud, An Nasaai dan Ibnu Majah]

Maksudnya, termasuk tanda-tanda dekatnya kiamat adalah ketika umat Islam saling membangga-banggakan masjid-masjid mereka. Seharusnya membangun masjid itu atas dasar mencari ridha Allah, bukan untuk ‘pamer’, atau saling membangga-banggakan, bahwa masjidnya paling megah, atau paling besar.

Karena niat yang ‘salah’ inilah, akhirnya mereka ‘melampaui batas’ dalam membangun masjid, melebihi kebutuhan yang seharusnya dalam membangun masjid.

Ini menunjukkan, bahwa perbuatan seperti ini tidak baik. Karena mendekati kiamat, banyak manusia yang menyimpang dari ajaran Islam yang benar. Salah satu bentuk penyimpangannya adalah berlebih-lebihan dalam membangun masjid.

Begitu juga tidak boleh membangun masjid di atas kuburan. Karena seperti ini adalah perbuatan makhluk yang paling jelek.

Ketika Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha bercerita kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang tempat ibadah kaum Nashrani di Habasyah yang bernama Mariyah dan Ummu Salamah melihat di dalamnya ada gambar-gambar manusia, lantas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أُولئِكَ إِذَا مَات فِيْهِم العَبْدُ الصَّالِح أَوِ الرَّجُل الصالح بَنَوا عَلى قَبْرِهِ مَسْجِدا و صَوَّرُوا فِيْهِ تِلْك الصُّوَرَ، أُولئِكَ شِرارُ الخَلْقِ عِنْدَ الله

“Mereka (orang-orang Nashrani) itu jika ada hamba, atau orang shalih yang meninggal, mereka dirikan di atas kuburannya sebuah masjid, lalu mereka buat gambar-gambar orang shalih di dalam masjid tadi, mereka itu adalah makhluk yang paling jelek.” [HR. Al Bukhari dan Muslim]

(2) – Memakmurkan masjid dengan melakukan ibadah di dalamnya.

Inilah memakmurkan masjid yang sebenarnya dan inilah tujuan didirikannya masjid, yaitu untuk beribadah. Seperti shalat lima waktu, shalat-shalat sunnah, dzikir, membaca Al Qur-an, i’tikaf, belajar dan mengajarkan Al Qur-an, majelis-majelis ilmu (pengajian) dan lain-lain.

 

[D] – Menjaga Kebersihan Masjid

 

Kebersihan masjid harus diperhatikan dan diusahakan semaksimal mungkin. Islam mengajarkan, bahwa kesucian adalah setengah dari iman.

Nabi shallahualaihi wasallam bersabda:

الطُّهُوْرُ شَطْرُ الإِيْمَانِ

“Kesucian adalah setengah dari iman.” [HR. Muslim]

Ini menunjukkan, bahwa kesucian maupun kebersihan tidak boleh diremehkan, karena antara kesucian dan iman kaitannya sangat erat. Terlebih lagi, kebersihan masjid yang merupakan tempat ibadah umat Islam, tentu lebih tidak boleh diremehkan.

Di saat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam masih hidup, ada wanita, atau laki-laki berkulit hitam yang biasa menyapu masjid Nabawi. Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak melihatnya, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada para shahabat radhiyallahu ‘anhum dan mereka memberitahu beliau, bahwa wanita, atau laki-laki tersebut meninggal dunia.

Kemudian, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meminta kepada para shahabat radhiyallahu ‘anhum untuk ditunjukkan di mana kuburannya, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallammelakukan shalat jenazah di samping kuburannya.

Kisah ini diriwayatkan Imam Al Bukhari di dalam Shahih Al Bukhari, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Ini menunjukkan sebuah penghargaan yang besar dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepada siapa saja yang menjaga kebersihan masjid.

Imam Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan:

وَ فِيْ الحَدِيْثِ فَضْلُ تَنْظِيْفِ المَسَاجِدِ

“Dalam hadits ini terdapat (penjelasan tentang) keutamaan membersihkan masjid.” [Fathul Bari, Jilid 1, halaman 716, Cet. Daar As-Salam, Riyadh]

Termasuk menjaga kebersihan masjid adalah menjaga kebersihan kamar mandi yang ada di lingkungan masjid. Karena hampir semua masjid ada kamar mandinya.

[E] – Menghilangkan Bau Mulut

 

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ أَكَلَ ثَوْمًا أَوْ بَصَلًا فَلْيَعْتَزِلْنَا أَوْ فَلْيَعْتَزِلْ مَسْجِدَنَا

“Siapa yang makan bawang putih atau bawang merah, hendaknya dia menyingkir dari kami atau menyingkir dari masjid kami.” [HR. Al Bukhari dan Muslim]

Bukan berarti bawang merah atau bawang putih itu haram, keduanya halal dimakan. Hanya saja orang yang hendak ke masjid tidak boleh memakannya lantaran bau yang tidak sedap dari mulut orang yang memakannya, sehingga malaikat terganggu dengan bau tersebut.

Di dalam riwayat Muslim Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Karena sesungguhnya malaikat terganggu dengan sesuatu yang mengganggu manusia.”

Sehingga, jika sebelumnya kita makan bawang dan hendak ke masjid, kita harus hilangkan terlebih dahulu bau mulut tersebut dengan sarana yang ada. [Syarh Riyadhush Shalihin jilid 6 halaman 447-448]

[F] – Memakai Pakaian yang Bagus Saat ke Masjid

Allah Ta’ala berfirman:

يَا بَنِيْ آدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ

“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid.”[QS. Al-A’raf, 31]

Berdasarkan ayat ini mayoritas ulama mengatakan, bahwa menutup aurat ketika shalat hukumnya wajib. Selain itu, ayat ini menunjukkan bahwa memakai pakaian yang bagus saat shalat juga diperintahkan. [Dari Kitab Fathul Qadir dan Taisirul Karimir Rahman]

Begitupula dianjurkan memakai wangi-wangian, khusus bagi laki-laki. Adapun wanita, tidak boleh memakai wangi-wangian saat pergi ke masjid. Karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam melarang wanita memakai wangi-wangian di luar rumah.

Barangkali selama ini kita memakai pakaian yang bagus hanya ketika hari raya, atau ketika datang ke acara-acara yang sifatnya resmi, atau menghadap orang yang dihormati. Maka alangkah baiknya saat ke masjid kita juga memakai pakaian yang bagus. Kita hanya perlu menambah kebiasaan yang baik ini. Dan hindari pakaian yang ada gambar makhluk bernyawa, seperti gambar manusia, binatang, atau semisalnya.

| Wallahu a’lam.

| Oleh: Fajri Nur Setyawan