Pembeda Kita dengan Hewan

Salah satu karunia Allah sebagai pembeda antara kita manusia dengan hewan adalah akal untuk berpikir dan memahami sesuatu. Memikirkan dan memahami syariat Allah, tanda-tanda kebesaran-Nya serta hal lainnya. Allah berfirman,

كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya.” [QS. Al Baqoroh:242]

AGAMA MELINDUNGI AKAL

Karena begitu urgennya peran akal, maka syariat kita sangat melindungi eksistensi akal dalam kehidupan kita. DR. Muhammad bin ahmad as Sholih berkata,

وَمِنْ مَحَاسِنِ هَذِه الشَّرِيْعَةِ أَنِ اعْتَبَرَتِ الْمُحَافَظَةَ عَلَى الضَّرُوْرِياَّتِ الْخَمْسِ: حِفْظُ الدِّيْنِ، حِفْظُ النَّفْسِ، حِفْظُ النَّسَلِ وَالْعَرَضِ، حِفْظُ الْعَقْلِ، حِفْظُ الْمَالِ، فَهَذِهِ الأُمُورُ قَدْ تَعَيَّنَ صِياَنَتُهَا وَيُحْرَمُ الْمِسَاسُ بِهاَ

“Diantara keelokan syareat agama ini adalah ia menjaga lima hal pokok : menjaga agama, jiwa, keturunan dan kehormatan, akal, serta harta. Kelima hal ini sangat jelas harus dijaga dan harom mengganggunya.” [al washoya al ‘asyr hal 18 – syamilah-]

MACAM-MACAM PIKIRAN YANG BERMANFAAT DI DUNIA DAN AKHERAT

Sebagai wujud syukur atas nikmat akal, Ibnu Qoyyim Menjelaskan ada 5 hal yang harus kita pikirkan bila kita ingin mendapatkan manfaat di dunia dan akherat, [disadur bebas dengan tambahan dari kitab da’ wa ad dawa’]

  1. Memikirkan dan memahami ayat-ayat Qur’aniyah yang Allah turunkan.

Karena Allah menurunkan Al Qur’an bukan semata untuk dibaca, namun yang menjadi pokok tujuan itu semua adalah supaya kita memahaminya. Allah berfirman,

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” [QS. As Shod:29]

kemudian setelah itu kita mengamalkannya. Sebagian Ulama dulu berkata,

أُنْزِلَ الْقُرْآنُ لِيُعْمَلُ بِهِ فَاتَّخِذُوْا تِلاَوَتَهُ عَمَلاً

“Al Qur’an Diturunkan untuk diamalakan, maka ikutilah bacaannya dengan amalan.” [ad da’ wa dawa’]

Maka dengan begitu (tadabbur dan amal) diharapkan Al Qur’an akan menjadi pedoman hidup kita. Allah berfirman,

وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَى عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qu’ran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” [QS. Al A’rof:52]

  1. Memikirkan ayat-ayat Allah kauniyah berupa keberadaan Alam semesta.

Karena alam semesta ini menunjukkan keagungan Sang Pencipta. Wujud alam semesta memberi kita petunjuk tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, hikmah-Nya, betapa baik dan pemurahnya Allah. Bahkan Allah telah mendorong kita agar merenungi ayat-ayat kauniyah, misalnya allah berfirman,

أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan.” [QS. Al Ghosiah:17-20]

Ya, ayat kauniyah yang menunjukkan kudroh dan keesaan allah sang pencipta. Seorang penyair berkata,

وَوَاعَجَباً كَيْفَ يُعْصَى الإِلَه …….. أَمْ كَيْفَ يَجْحَدُهُ الْجَاحِدُ

وَللهِ فِيْ كُلِّ تَحْرِيْكَةٍ ……… وَتَسْكِيْنَةٍ أَبَدًا شَاهِدُ

وَفِي كُلِّ شَيْءٍ لَهُ آيَةٌ …………. تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ وَاحِدُ

“Sungguh sangat mengherankan, mengapakah mereka memaksiati atau mengingkari Tuhan

Padahal Allah di setiap gerakan dan diam Maha menyaksikan

Di dalam segala sesuatu merupakan tanda bagi-Nya, yang menunjukkan keesaan-Nya.” [mausu’ah tauhid robbi al ‘abid 2/12-syamilah]

  1. Memikirkan limpahan nikmat Allah dan luasnya ampunan-Nya yang telah Allah berikan kepada makhluk-Nya.

Karena dengan memikirkan hal ini akan melahirkan perasaan bahwa kita sangatlah lemah dan sangat butuh kepada Allah. Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” [QS. Fatir :15]

Namun betapa bodohnya dan cepat lupanya orang terhadap nikmat Allah tersebut. Allah berfirman,

يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ

“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” [QS. An Nahl:83]

Betapa bodohnya orang  ketika melupakan Allah yang maha pengampun,

وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ

“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-

kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS. Asy Syuro:25]

maka tiada lain balasan orang yang melupakan Allah melainkan Allah-pun akan melupakannya, Ia berfirman,

نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ

“Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.” [QS. At Taubah:67]

Tiga macam pikiran ini akan melahirkan pengenalan kepada Allah, cinta kepada-Nya, takut serta berharap kepada-Nya

  1. Sibuk memikirkan aib diri sendiri dan kekurangan diri dalam beramal sholeh.

Karena dengan begitu kita akan terbebas dari sifat sombong yang menghalangi seseorang masuk surganya Allah, Nabi bersabda,

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

“Tidak akan masuk surga seseorang yang dihatinya bercokol sebiji sawi kesombongan” [HR. Muslim, no. 91]

Hal itu juga akan menekan jiwa yang senantiasa cenderung untuk menjelek-jelekkan orang lain, karena hal itu memang dilarang,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. [QS. Al Hujurot:11]

demikian kritikan positif dari orang lain akan lebih mudah kita terima.

  1. Memikirkan kewajiban waktu.

Maksudnya memikirkan hal positif apa yang harus dilakukan sekarang, sehingga tidak menyianyiakan waktu yang telah Allah anugrahkan kepada kita. Memanfaatkan waktu untuk taat kepada-Nya sangatlah penting. Karena orang yang menyianyiakan waktunya tidak untuk taat kepada Allah termasuk orang yang merugi. Allah berfirman,

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”  [QS. Al ‘Ashr :1-3]

Lihatlah bagaimana pada ayat di atas Allah mensifati manusia adalah makhluk yang selalu rugi, kecuali orang-orang yang bisa mengarahkan waktunya untuk hal-hal yang positif : iman, amal sholih, berwasiat kebenaran dan kesabaran. Imam syafi’i pernah berkata,

صَاحَبْتُ الزَّاهِدِيْنَ فَلَمْ أَسْتَفِدْ مِنْهُمْ إِلاَّ حَرْفَيْنِ : الْوَقْتُ كَالسَّيْفِ إِنْ لَمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ , وَنَفْسُكَ إِنْ لَمْ تُشْغِلْهَا بِالْحَقِّ شَغَلَتْكَ بِالْبَاطِلِ

“Aku telah lama bergaul dengan orang-orang yang zuhud, aku tidak mengambil faedah kecuali dua kalimat : (pertama) waktu itu ibarat pedang, jika engkau tidak memanfaatkannya ia akan menebasmu. (kedua) jika engkau tidak menyibukkan jiwamu dengan kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dengan kebatilan.” [Sulukiyat al marfudhoh hal  81-syamilah-]

Penutup

Semoga kita termasuk orang –orang yang bisa mensyukuri nikmat akal dengan menggunakannya untuk memikirkan ke lima hal yang telah dijelaskan di atas. Sehingga anugrah yang besar tersebut barokah untuk kita.

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِى تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا

“Ya Allah berilah jiwaku takwanya, sucikankanlah ia sesungguhnya engkau adalah Dzat yang paling baik dalam mensucikannya, engkaulah pelindung dan tuannya. Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak bisa khusu’, jiwa yang tidak pernah kenyang dan do’a yang tidak dikabulkan.” [HR. Muslim, no. 2722]

 

Allahu a’lam bisshowwab

Ibnu ram 130915