Adab adalah prioritas, terlebih kepada seorang guru yang telah berjasa dalam kehidupanseorang penuntut ilmu. Dengannya seorang penuntut ilmu sukses dan mendapatkan keberkahan dariilmu yang dipelajari. Sehingga harus diperhatikan bagaimanakah adab seorang murid kepada gurunya?. Diantara adab seorang murid kepada gurunya yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
Memilih seorang guru sangatlah penting karena sangat berpengaruh dalam mewarnai keyakinan,akhlak dan tingkah laku muridnya. Seorang ulama tabi’in Muhammad bin Sirin rahimahullahberkata:
“Ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kamu mengambil agama kamu.” ( HR. Muslim ).
Artinya, janganlah kamu mengambil ilmu agama dari sembarang orang, kecuali orang yang telahkamu yakini keahlian dan kepantasannya untuk menjadi tempat mengambil ilmu. (Imam al-Munawi, Faidhul Qadîr , 2/545).
Terutama di zaman sekarang ini banyak penceramah, tetapi sangat sedikit sekali orang yang benar-benar berilmu, sebagaimana sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu pernahberkata di hadapan murid-muridnya para Tabi’in, “Sesungguhnya kalian (saat ini) berada di zaman yang banyak terdapat orang-orang yang (benar-benar) berilmu, tapi sedikit yang pandai berkhutbahatau berceramah, dan akan datang setelah kalian nanti suatu jaman yang (pada waktu itu) banyakorang yang pandai berceramah tapi sedikit orang yang (benar-benar) berilmu. (Imam al-Bukhari, al-Adabul Mufrad, 789).
Guru adalah orang tua yang harus dihormati dan di muliakan, karena memuliakannya adalah bentukmemuliakan ilmu yang menjadi kunci keberhasilan dalam menuntut ilmu, sehingga janganlahseperti orang yang tidak mengetahui hak seorang guru. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallambersabda:
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangiyang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama” (HR. Ahmad dan dishahihkan Al Albanidalam Shahih Al Jami).
Para sahabat adalah sebaik-baik contoh bagaimana seorang penuntut ilmu beradab memuliakangurunya, sebagaimana sahabat Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamkemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satupun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).
Demikian pula contoh suri teladan dari Ibnu Abbas seorang sahabat yang ‘alim, mufasir Qur’an umat ini, seorang dari Ahli Bait Nabi pernah menuntun tali kendaraan Zaid bin Tsabit al-Anshari radhiyallahu anhu berkata:
“Seperti inilah kami diperintahkan untuk memperlakukan para ulama kami”. ( Tadzkiratus Sami Wal Mutakallim : 41).
Berkata Abdurahman bin Harmalah Al Aslami rahimahullah:
“Tidaklah seseorang berani bertanya kepada Said bin Musayyib, sampai dia meminta izin, layaknyameminta izin kepada seorang raja”. (Al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi : 1/400)
Ar-Rabi’ bin Sulaiman rahimahullah juga berkata:
“Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan Asy-Syafi’i melihatku karena segankepadanya”. (Sunan Kubra Al Baihaqi : 552)
Al Imam As Syafi’i rahimahullah berkata:
“Dulu aku membolak balikkan kertas di depan Malik dengan sangat lembut karena segan padanyadan supaya dia tak mendengarnya”. ( Al majmu’ : 1/36)
Seorang penuntut ilmu harus rendah hati dan tidak sombong kepada gurunya karena beliau yang telah berjasa besar mengajarkan ilmu dan akhlaq kepadanya. Sikap rendah hati merupakan sebabuntuk mendapatkan ilmu. Sebagaimana seorang penyair berkata :
Ilmu itu tidak mungkin mencapai seseorang yang sombong, sebagaimana air tidak mungkinmeluncur ke tempat yang tinggi. ( Hilyah Tholibul ilmi : 24 ).
Dan diriwayatkan oleh Al–Imam Baihaqi, Umar bin Khattab radhiyallaahu ‘anhu mengatakan,
“ Tawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian”. (Al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi : 1/350)
Abu ‘Ubaid Al Qosim bin Salam rahimahullah berkata, “Aku tidak pernah sekalipun mengetukpintu rumah seorang dari guruku, karena Allah berfirman,
“Kalau sekiranya mereka sabar, sampai kamu keluar menemui mereka, itu lebih baik untuknya” (QS. Al Hujurat: 5).
Majelis Ilmu adalah salah satu taman surga yang harus dimuliakan, sebagaimana Rasulullahsholallahu alaihi wa sallam bersabda :
“Jika kalian melewati taman surga maka berhentilah. Mereka bertanya,”Apakah taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqoh dzikir (majlis Ilmu)”. [Riwayat At Tirmidzi dan dishahihkan SyeikhSalim bin Ied Al Hilali dalam Shahih Kitabul Adzkar 4/4].
Ahmad ibn Sinan rahimahullah menggambarkan apa yang beliau lihat di majelis ilmunyaAbdurrahman ibnu Mahdi. Beliau menuturkan: “Di majelisnya Abdurrahman, mereka tidak ada yang saling bicara, tidak ada yang menyerut pena, tidak ada seorang pun yang tersenyum, tidak ada seorang pun yang berdiri. Kepala mereka semua seakan-akan terdapat burung atau seakan-akan sedang shalat (gambaran saking tenangnya). Jika beliau melihat seseorang dari mereka ada yang tersenyum atau bicara (becanda atau ngobrol), maka beliau segera memakai sendalnya dan pergi meninggalkan majelis.” (Imam adz Dzahabi, Siyar A’lamun Nubala 9/201-202).
Syaikh Sholeh Al Ushaimi berkata : “ Wajib bagi seorang penuntut ilmu mengetahui hak – hakmajelis ilmu, maka ia duduk dengan adab seorang penuntut ilmu, mendengar penjelasan guru dengan melihat kepadanya, maka ia tidak berpaling (menoleh) darinya kecuali kalau ada kebutuhan atau darurat, tidak banyak gerak karena kegaduhan yang didengar, tidak bermain dengan kedua tangan dan kakinya, tidak bersandar sedangkan gurunya ada, tidak bersandar /bertelekan dengantangannya, tidak banyak berdehem dan bergerak, tidak berbicara denga teman disampingnya, apabila bersin merendahkan suaranya, dan apabila menguap menutup mulutnya setelah ia menolaknya dengan segenap kemampuan. (Khulashoh Ta’dhim ilmi : 44).
Allah Ta’ala berfirman :
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka(karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telahKami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itumelewati batas” (QS.Al Kahfi:28).
Dan termasuk bersabar yang terbaik adalah bersabar bersama para guru kita (ahli ilmu) untukmenimba ilmu dari mereka . Al Imam As Syafi rahimahullah mengatakan:
“Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru “
Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya”
Seorang penyair berkata :
“Barangsiapa tidak tahan merasakan kehinaan sesaat, maka dia melalui seluruh hidupnya dalamkeadaan hina “.
“Barangsiapa tidak sabar menghadapi kehinaan ketika belajar, maka sepanjang hidupnya tetapdalam kebodohan. Dan barangsiapa yang sabar menghadapinya, maka dia akan mendapat kemuliaandi dunia dan akhirat.”
Termasuk orang yang paling berjasa dalam hidup kita adalah para guru, sehingga kita pun dianjurkan untuk membalas kebaikan mereka semampu kita, salah satunya adalah dengan senantiasamendo’akan kebaikan untuk dunia dan akhirat mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
“Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah dengan balasan yang setimpal. Apabilakamu tidak bisa membalasnya, maka do’akanlah dia hingga engkau memandang telah mencukupiuntuk membalas dengan balasan yang setimpal.”(HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrod no. 216).
Ibnu Jama’ah rahimahullah menjelaskan:
“Hendaklah seorang penuntut ilmu mendoakan gurunya sepanjang waktu. Memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya dan menunaikan haknya apabila telah wafat” (Tadzkirah Sami’ hal. 91).
Semoga kita mendapatkan keberkahan dari ilmu yang telah dipelajari dengan senantisamenjaga adab seorang penuntut ilmu terhadap gurunya. Aamiin.
Hanif
Download PDF
[sdm_download id=”1015″ fancy=”0″]