Anak merupakan anugerah sekaligus amanah yang Allah Ta‘ala berikan kepada kita. Maka sudah semestinya kita mensyukuri anugerah tersebut dan menjaga amanah tersebut dengan baik. Salah satu bentuk mensyukuri anugerah berupa anak yang Allah berikan kepada kita adalah dengan mendidiknya dengan baik. Tentunya pendidikan yang terbaik bagi anak-anak kita adalah pendidikan Islam. Salah satu petunjuk Islam dalam mendidik anak adalah dengan mendoakan kebaikan untuk anak-anak kita. Yaitu doa agar mereka menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah. Dan hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, sebagaimana diabadikan di dalam Al Qur–an. Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.”[QS. Ash Shaffat: 100]
Dengan doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ini, maka Allah–pun menganugerahkan kepada beliau seorang putera yang shalih, bahkan seorang nabi, yaitu Nabi Isma‘il ‘alaihis salam. Sungguh besar pengaruh doa orang tua kepada anaknya, maka hendaknya setiap orang tua menjauhi doa-doa, atau ucapan-ucapan yang buruk kepada anak-anaknya. Karena, bisa jadi Allah mendengar, kemudian mengabulkan doa tersebut. Ketahuilah, bahwa salah satu doa yang mustajab dan pasti dikabulkan oleh Allah adalah doa orang tua untuk anaknya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
“Tidak doa yang tidak tertolak (yaitu): doa orang tua kepada anaknya, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.” [HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra. Syaikh Al Albani mengatakan, bahwa hadits ini shahih, sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah, no. 1797]
Di dalam hadits di atas, dijelaskan secara umum, bahwa doa orang tua kepada anaknya akan dikabulkan oleh Allah; baik itu doa kebaikan, maupun doa kejelekan.
Muhammad bin Isma‘il Al Bukhari membawakan dalam Kitab Al Adabul Mufrad beberapa riwayat mengenai doa orang tua. Diantara riwayat tersebut adalah:
Abu Hurairah radhiyallah ‘anhu berkata: Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلىَ وَلَدِهِمَا
“Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul), tidak diragukan lagi, (yaitu): doa orang yang didhalimi, doa orang yang bepergian dan doa kejelekan kedua orang tua kepada anaknya.” [Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no. 32. Dikatakan hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Adabul Mufrad no. 24]
Adapun di dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan dengan jelas,bahwa doa kejelekan yang diucapkan oleh orang tua kepada anaknya itu pasti akan dikabulkan oleh Allah Ta‘ala tanpa ada keraguan padanya.
Ketika mendidik anak, bisa jadi orang tua khususnya ibu tidak sengaja berkomentar jelek kepada anaknya ketika muncul rasa tidak sabar kepada anak-anaknya:
“Dasar anak nakal, kalau besar bisa jadi preman nanti”
“Anak ini memang suka melawan, bisa ‘jadi orang’ tidak kalau sudah gede?”
“Sering bikin jengkel saja, awas bisa sial seumur hidup”
Atau mendoakan jelek anaknya:
“Anak ini tidak tahu diri, semoga sial seumur hidupnya.”
Hendaknya ayah dan ibu menahan diri dari berkomentar jelek atau mendoakan kejelekan. Karena doa kejelekan orang tua pada anaknya juga mustajab/terkabul. Syaikh Bin Baz rahimahullah menjelaskan bahwa doa orang tua yang jelek bisa terkabulkan, beliau berkata:
يخشى من الاستجابة، فينبغي الحذر، ينبغي أن لا تدعو عليهم إلا بالخير،
“Dikhawatirkan akan terkabul (doa orang tua yang jelek kepada anaknya), hendaknya orang tua hati-hati. Tidaklah ia berdoa kecuali doa kebaikan saja.” (http://www.binbaz.org.sa/noor/596)
Kita bisa lihat kisah yang shahih terjadi di masa lalu yaitu kisah seorang ahli ibadah bernamaJuraij, beliau sedang asyik beribadah kemudian ibunya memanggil, ia lebih memilih melanjutkansebentar shalatnya daripada memenuhi panggilan ibunya. Akhirnya karena tidak dijawab-jawab, sang ibu agak kesal sambil mendoakan keburukan kepada Juraij,
لاَ أَمَاتَكَ اللهُ يَا جُرَيْجُ! حَتىَّ تَنْظُرَ فِي وَجْهِ المُوْمِسَاتِ
“Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij sampai wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur.”
Doa sang ibu terkabulkan, setelahnya Juraij mendapatkan fitnah kasus dengan seorang pelacur. (HR. Bukhari dan Muslim)
Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah pernah ditanya : Banyak orang tua yang merespon kesalahan dan kekeliruan anak-anak mereka dengan laknat dan kutukan. Mohon penjelasannya untuk mereka (para orang tua) dalam masalah ini! Beliau menjawab:
“Kami berpesan agar orang tua memaafkan dan memaklumi kekurangan anak-anak di masa kecil, bersabar dari ucapan atau kekurang ajaran mereka, karena akal mereka belum matang sehingga terkadang masih sering melakukan kesalahan dalam ucapan maupun tingkah laku. Orang tua yang arif akan memaafkannya dan mengajari etika dengan lemah lembut, mengasihi dan menasehati sehingga akan lebih diterima dan merubah moralnya.
Akan tetapi sebagian orang tua terjebak dalam kesalahan fatal, yaitu mendo’akan anak-anak dengan kematian, penyakit, bencana dan malapetaka, dan ini sering dilakukan. Tetapi begitu kemarahannya mereda, ia hanya bisa menyesal dan sadar kalau ia keliru, serta mengikuti kebenciannya terhadap sumpah serapah yang buruk tersebut. Sebenarnya orang tua tidak menginginkannya karena rasa sayang dan kasih yang tertanam pada hatinya kepada anak. Faktor pemicunya hanyalah kemarahan yang sangat. Padahal Allah Maha Memaafkan. Dia berfirman.
وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُمْ بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ
“Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegarakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka”. [Yunus/10 : 11]
Kewajiban orang tua adalah sabar dan menahan diri terhadap (perilaku) anak-anak dan memberikan sanksi terhadap mereka dengan pukulan yang menyebabkannya jera, karena anak-anak akan terpengaruh dengan pukulan lebih banyak daripada hanya sekedar arahan dan ucapan.
Adapun menyumpahi anak, maka hal itu tidak akan member manfaat kepadanya. Seorang anak kecil tidak akan mengerti apa yang diucapkan padanya (dari cacian dan sumpah serapah), sumpah orang tua (ketika terucap) telah tercatat sebagai amal buruknya, sementara sang anak tidak akanmendapatkan manfaat darinya”.
[Fatawa Islamiyah 4/141]
Maka dari itu, setiap orang tua hendaknya berhati-hati, tatkala mengucapkan kata-kata dan doa kepada anak-anaknya. Upayakan hanya kata-kata dan doa kebaikanlah yang diucapkan kepada anak-anaknya. Jangan sampai terucap kata-kata, atau doa yang jelek, atau bahkan mengumpat dan melaknat, karena dikhawatirkan hal itu akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Apalagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang kita untuk mendoakan kejelekan kepada anak-anak kita.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ لَا تُوَافِقُوا مِنْ اللَّهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ
“Janganlah kalian mendoakan keburukan pada diri kalian, jangan mendoakan keburukan pada anak-anak kalian dan jangan mendoakan keburukan pada harta-harta kalian! Jangan sampai doa kalian bertepatan dengan saat dikabulkannya doa dari Allah, lalu Dia akan mengabulkan doa kalian!” [HR. Muslim no. 3009]
Dari hadits ini telah jelas bagi kita, bahwa Islam melarang keras untuk mendoakan kejelekan kepada anak-anak kita.
Namun sangat disayangkan, kita masih sering kali mendengar ada orang tua yang berkata-kata kotor dan mengumpat kepada anaknya disebabkan karena anaknya mungkin sedikit bandel. Jika ucapan jeleknya tersebut dikabulkan oleh Allah dan keburukan menimpa anaknya, barulah Si Orang Tua menyesali perbuatannya.
Agar hal tersebut tidak terjadi, maka setiap orang tua hendaknya mempunyai sifat sabar terhadap anak-anaknya dan didiklah mereka dengan pendidikan dan adab-adab Islam. Jika anak-anak terdidik dalam tarbiyah Islamiyah (pendidikan Islami), maka insya Allah mereka akan menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah, yang senantiasa sopan dan menuruti perintah orang tuanya.
Wallahu a‘lam bish–shawwab.
Diambil dari Buletin Al-Ilmu, Berau, Kalimantan Timur dengan tambahan
Referensi:
(1) – Fiqhu Tarbiyatil Abna, Syaikh Musthafa Al-‘Adawi;
(2) – Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani.