Usman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘anhu
Sahabat nabi merupakan manusia-manusia pilihan yang Allah ‘Azza wa jalla jadikan sebagai teladan dalam kebaikan serta dipilih untuk menyertai dan membantu dakwah Nabi-Nya yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satu cara agar tumbuh rasa cinta kita kepada mereka adalah dengan mengenal dan mempelajari biografi, keutamaan serta sejarah kehidupan mereka.
Setelah sebelumnya dijelaskan mengenai keutamaan Abu Bakar radiyallahu anhu , maka dengan izin Allah, kami akan menjelaskan beberapa hal mengenai sahabat yang mulia, ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu.
Silsilah nasab Utsman bin Affan, kunyah ,sifat, dan julukannya
Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdu asy-Syam bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan (ath-Thabaqat al-Kubra, 3: 53dan Siyar A’lam An-Nubala, jilid 28, halaman 149)
Dari sinilah kita memahami, sahabat yang satu ini memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain sebagai keponakan Rasulullah, Utsman juga menjadi menantu Rasulullah dengan menikahi dua orang putri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga beliau dikenal dengan julukan dzun nurain (suami dari dua orang putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Dengan keutamaan ini saja, sulit bagi seseorang untuk mencelanya, kecuali bagi mereka yang memiliki kedengkian di hatinya. (Silakan lihat Siyar A’lam An-Nubala, jilid 28, halaman 149-150.)
Kunyah beliau adalah Abu ‘Amr, namun setelah mempunyai anak laki-laki dari Ruqayyah (putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang bernama ‘Abdullah, nama kunyah beliau menjadi Abu ‘Abdillah. Utsman bin Affan adalah sahabat nabi yang memiliki sifat yang sangat pemalu, seperti dalam hadis berikut ini:
“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar , yang paling pemalu adalah Utsman….” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 3:184)
Az-Zuhri mengatakan, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi lebar, dan mempunyai telapak kaki yang lebar.”
Keutamaan ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘anhu
- Salah satu sahabat yang dijamin masuk surga
Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu berkata bahwasanya beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ …
“Abu Bakar di surga, ‘Umar di surga, ‘Utsman di surga, ‘Ali di surga …” (HR At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, no. 50.)
- Bersegera dalam kebaikan
Di dalam Shahih Al-Bukhari, Imam Al-Bukhari rahimahullah mengatakan:
وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ حَفَرَ بِئْرَ رُومَةَ فَلَهُ الْجَنَّةُ. فَحَفَرَهَا عُثْمَانُ. وَقَالَ: مَنْ جَهَّزَ جَيْشَ الْعُسْرَةِ فَلَهُ الْجَنَّةُ. فَجَهَّزَهُ عُثْمَانُ.
“Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Barangsiapa yang menggali (membeli) sumur Rumah, maka baginya surga.” Maka ‘Utsman pun menggalinya (membelinya). Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang mempersiapkan (perbekalan) bagi pasukan ‘Usrah (yang mengalami kesusahan), maka baginya surga.” Maka ‘Utsman pun mempersiapkannya.” (Disebutkan di dalam Kitab Shahih Al-Bukhari sebelum hadits no. 3695.)
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang beliau sebagai seorang yang syahid
Dikisahkan di dalam hadits dari Anas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendaki Gunung Uhud, dan bersama beliau Abu Bakar, ‘Umar, dan ‘Utsman. Dan (tatkala gunung itu) berguncang, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اُسْكُنْ أُحُدُ – أَظُنُّهُ ضَرَبَهُ بِرِجْلِهِ – فَلَيْسَ عَلَيْكَ إِلَّا نَبِيٌّ وَصِدِّيقٌ وَشَهِيدَانِ
“Tenanglah Uhud (seingat saya –perawi hadits ini- beliau menghentaknya dengan kakinya), tidaklah yang sedang di atasmu melainkan seorang Nabi, seorang Shiddiq (Abu Bakar), dan dua orang yang (akan mati) syahid (‘Umar dan ‘Utsman).” (HR Al-Bukhari, no. 3697)
Dan benarlah apa yang disabdakan Nabi, Utsman dibunuh oleh orang-orang Khawarij yang memberontak dan mengepung beliau hingga akhirnya membunuhnya.
- Mendapatkan julukan Dzun Nurain
Beliau mendapat julukan Dzun Nurain, yaitu yang memiliki dua cahaya. Dua cahaya yang dimaksud adalah dua putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ruqayyah dan Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anhuma. Beliau menikah dengan putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Ruqayyah sebelum masa kenabian. Dari Ruqayyah, beliau dikaruniai putra yang bernama ‘Abdullah. Ruqayyah meninggal dunia dikarenakan sakit yang dialaminya. Beliau meninggal pada salah satu malam-malam peristiwa Perang Badr.
Setelah Ruqayyah meninggal dunia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahkan ‘Utsman bin ‘Affan dengan putrinya yang bernama Ummu Kultsum. (Silakan lihat Siyar A’lam An-Nubala, jilid 28, halaman 149-150.)
- Memiliki perhatian yang besar terhadap Al-Quran
Beliau dikenal sebagai orang yang hafal Al-Quran dan perhatiannya pun sangat besar terhadap Al-Quran. Beliaulah yang meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baiknya kalian adalah yang mempelajari Al-Quran dan yang mengajarkannya.” (HR Al-Bukhari)
Beliau juga berkata:
لَوْ طَهُرَتْ قُلُوْبُكُمْ مَا شَبِعْتُمْ مِنْ كَلَامِ رَبِّكُمْ
“Sekiranya hati-hati kalian masih suci, maka niscaya tidak akan pernah kenyang dari firman Rabb kalian (yaitu Al-Quran).” (Kitab Az-Zuhd, karya Ibnu Abi ‘Ashim, halaman 128)
Di masa beliau jugalah, Al-Quran dibukukan dan dikumpulkan ke dalam mushaf dengan satu bacaan, sehingga di zaman ini kita mudah untuk mempelajari dan menghafalkannya.
Utsman dan Kedekatan Beliau dengan Al-Qur’an
Sejarah telah mencatat kalimat-kalimat penuh hikmah dari Utsman bertutur tentang Alquran. Ia berkata:
“Jika hati kita suci, maka ia tidak akan pernah puas dari kalam Rabb nya.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah, bab al-Adab wa at-Tasawwuf).
Beliau juga mengatakan, “Sungguh aku membenci, satu hari berlalu tanpa melihat (membaca) Alquran.” (al-Bidayah wa an-Nihayah oleh Ibnu Katsir, 10: 388).
Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Bagian dunia yang kucintai ada tiga: (1) mengenyangkan orang yang lapar, (2) memberi pakaian mereka yang tak punya, dan (3) membaca Alquran”. (Irsyadul Ibad li Isti’dadi li Yaumil Mi’ad, Hal: 88).
Dalam kesempatan lainnya, Utsman berkata, “Ada empat hal ketika nampak merupakan keutamaan. Jika tersembunyi menjadi kewajiban. (1) Berkumpul bersama orang-orang shaleh adalah keutamaan dan mencontoh mereka adalah kewajiban. (2) Membaca Alquran adalah keutamaan dan mengamalkannya adalah kewajiban. (3) Menziarahi kubur adalah keutamaan dan beramal sebagai persiapan untuk mati adalah kewajiban. (4) Dan membesuk orang yang sakit adalah keutamaan dan mengambil wasiat darinya adalah kewajiban”. (Irsyadul Ibad li Isti’dadi li Yaumil Mi’ad, Hal: 90).
Tidak jarang Allah al-Hakim mewafatkan seseorang sedang melakukan kebiasaannya ketika hidup. Demikian pula yang terjadi pada Utsman. Ia amat dekat dan selalu bersama Alquran. Hingga ia wafat pun sedang membaca Alquran.
Wafatnya Utsman bin Affan
Khalifah Utsman dikepung oleh pemberontak selama 40 hari. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Qur’an. Persis seperti apa yang disampaikan Rasulullah perihal kematian Utsman yang syahid nantinya, peristiwa pembunuhan Utsman berawal dari pengepungan rumah Utsman oleh para pemberontak selama 40 hari. Utsman wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H. Ia dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
Utsman pergi dan ruhnya naik menjumpai Sang Pencipta dalam keadaan ridha dan diridhai, dinantikan oleh Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam dan dua shahabatnya, Abu Bakar dan Umar yang merindukannya.
Wahai khalifah yang syahid, pergilah ke alam yang kekal dalam keadaan ridha dan diridhai, temuilah di sana Rasul tercinta dan dua shahabatnya yang mulia. Adapun para pembunuhmu, “Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 137).