SABAR DAN BERMURAH HATI
Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam Musnad-nya, dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonaf-nya, dari Sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma:
أنّ النَّبيّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- سُئِل: أيُّ الإيمان أفضل؟ قال: الصَّبر والسَّماحة
Bahwasanya nabi sallallahu alaihi wa sallam suatu hari ditanya tentang Iman yang bagaimanakah yang paling utama? Maka beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda : ” Sabar dan murah hati “.
Hadist ini adalah hadits yang derajatnya hasan yang sah riwayatnya dari nabi shallallahu alaihi wa sallam dan memiliki jalur riwayat yang lain yang menguatkan.
Diantaranya yang diriwayatkan oleh sahabat Ubadah ibnu Shomith radhiyallahu ‘anhu yang dibawakan oleh Imam Ahmad dalam Musnad nya no : 22717.
Diantaranya yang diriwayatkan oleh sahabat Amrin ibnu Absah radhiyallahu ‘anhu yang tercantum dalam kitab Musnad Imam Ahmad no : 19435.
Diantaranya pula yang diriwayatkan oleh sahabat Qotadah Al-Laitsy radhiyallahu ‘anhu yang dibawakan oleh Imam Al-Hakim dalam kitab Mustadrak nya : 3 / 626.
Tentu sebagian dari kita bertanya-tanya: Mengapa sabar dan murah hati memiliki kedudukan yang tinggi dari perkara iman dan begitu istimewa dalam cakupan agama. ..?
Jawabannya adalah: Bahwasanya sabar dan murah hati adalah perangai jiwa manusia yang sangat dibutuhkan dalam seluruh sendi – sendi agama dan segenap maslahat yang berkaitan dengan amalan atau perbuatan.
Maka sesungguhnya tidak dapat seseorang meninggalkan sabar dan murah hati dalam segala urusan, sehingga dibutuhkan dalam semua perkara yang bersangkutan dengan perkara agama.
Oleh karena itu Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
وهـذا من أجمع الكَلام وأعظمه بُرهانًا وأوعبه لمقامات الإيمان من أوّلها إلى آخرها؛ فإنَّ النَّفس يُراد منها شيئان:
* بذْل ما أُمِرت به وإعطاؤه، فالحامل عليه السَّماحة.
* وترك ما نُهيت عنه والبُعد منه فالحامل عليه الصَّبر
“Dan ini merupakan ungkapan yang paling sederhana lagi memiliki makna yang dalam yang sangat agung, yang sangat terang dan luas dalam cakupan agama dari pertama hingga paling terakhir, dikarenakan jiwa manusia dituntut dua perkara, yaitu :
- Berusaha menunaikan sesuatu yang diperintahkan sehingga membutuhkan untuk bermurah hati agar mampu melaksanakan.
- Meninggalkan sesuatu yang dilarang dan berusaha untuk menjauhi nya, maka ini membutuhkan kesabaran.
وقد سُئل الحسن البصري -رحمه الله تعالى- وهو أحد روَّاة هـذا الحديث قيل له: ما الصَّبر وما السَّماحة؟
قال: ((الصبر عن معصية الله، والسماحة بأداء فرائض الله عز وجل)) رواه أبو نعيم في الحلية (2/156(
Al-Imam Al – Hasan Al-Basri rahimahullah – salah satu perawi hadist ini – pernah ditanya tentang arti : sabar dan murah hati.. .?
Maka beliau menjawab : “Sabar dari tergiur untuk bermaksiat kepada Allah Ta’ala, dan murah hati tatkala menjalankan kewajiban yang Allah Ta’ala fardhukan “. (HR. Abu Nuaim dalam Al-Hilyah 2 / 156).
Jika kita merenungkan tentang hadits yang agung ini dan kandungan-nya yang sangat agung, maka sesungguhnya hadits ini mencakup seluruh perkara agama semuanya, dikarenakan seorang mukmin senantiasa diperintahkan untuk melakukan perbuatan ketaatan dan ibadah yang beraneka ragam dan ini membutuhkan untuk bermurah hati. Dan asal kata murah hati adalah mudah, semangat dan tekun, jika hati seseorang sedemikian rupa keadaannya maka niscaya ia akan tunduk dan patuh serta mampu merealisasikan segala perintah dan tidak membantah atau menolak.
Dan jiwa manusia juga diperintahkan untuk menjauhi dan meninggalkan segala larangan dan bentuk – bentuk maksiat, sehingga ia membutuhkan kepada kesabaran.
Dan arti sabar adalah mencegah serta menahan diri, jika jiwa ini tidak mampu mencegah dan menahan diri maksiat maka niscaya ia akan terjerumus dan terjebak dari apa yang telah Allah Ta’ala larang.
وبهذا يُعلم أنَّ من لا صبر عنده لا يستطيع أن يقاوم، ومن لا سماحة لديه لا يستطيع أن يقوم.
Dengan demikian maka diketahui bahwasanya orang-orang yang tidak memiliki kesabaran maka ia tidak mampu untuk menahan diri, dan barangsiapa yang tidak bermurah hati maka ia tidak akan mampu melaksanakan tugas dan perintah.
نعم من لا صبر عنده لا يستطيع أن يقاوم النَّفس من رعونتها عند حلول البلاء، ولا يستطيع أن يقاوم النَّفس من انفلاتها عند دواعي الشَّهوات والأهواء.
Memang benar, barangsiapa yang tidak memiliki kesabaran maka ia tidak mampu untuk menahan diri tatkala dihadapkan kepada ujian dan cobaan, dan tidak dapat membentengi diri ketika syahwat dan hawa nafsu bergejolak.
ومن كان لا سماحة لديه لا يستطيع أن يقوم؛ لأنّ نفسه غير السمحة لا تنهض للقيام بالأوامر والاستجابة لداعي الطَّاعات، فإذا دُعيت نفسه إلى طاعة شحَّت، وإذا أُمرت بفضيلة تأبَّت، وبهذا يكون من المحرُومين.
Dan demikian juga jika seseorang tidak bermurah hati maka ia tidak dapat membentengi diri, karena jiwanya tidak memiliki kelonggaran sehingga tidak mampu untuk melakukan suatu perintah ketaatan dan memenuhi panggilan kebajikan, jika ia diajak berbuat taat maka ia akan berat, dan jika diperintahkan untuk perkara yang memiliki keutamaan niscaya ia akan meronta, sehingga ia tergolong sebagai orang-orang yang terharamkan kebajikan.
فمن لا صبر عنده ولا سماحة لا يتأتى له النُّهوض بمصالحه والقيام بأعماله والامتناع عمَّا ينبغي عليه الامتناع منه.
Maka barangsiapa yang tidak memiliki kesabaran dan murah hati maka ia tidak akan bangkit untuk menggapai kebaikan dan menunaikan amalan amalan, dan menghindari apa yang menjadi larangan bagi jiwanya.
فما أحوجنا إلى أن نكون من أهل الصّبر والسّماحة لتنهض نفوسنا قيامًا بطاعة الله جلَّ وعلا، ولتمتنع نفوسنا عمَّا نُهيت عنه من المحارم والآثام، والتَّوفيق بيد الله وحده لا شريك له، فنسأله سبحانه ونلجأ إليه وحده متوسِّلين إليه بأسمائه الحُسنى وصفاته العُليا أن يمنَّ علينا بهـذا الإيمان العظيم: الصّبر والسّماحة.
Maka alangkah butuhnya diri kita untuk menjadi golongan orang-orang yang sabar dan murah hati sehingga kita mampu untuk menegakkan segala perintah ketaatan kepada Allah Ta’ala dan menjauhi segala bentuk larangan dan dosa, dan sesungguhnya hidayah taufik semata-mata di tangan Allah Ta’ala dan tiada sekutu bagi-Nya, maka kita sepantasnya memohon dan berharap kepada Allah Ta’ala dengan bertawasul melalui nama-nama Allah Yang Indah dan sifat-sifat-Nya Yang Agung, agar kita diberikan limpahan iman, sabar dan murah hati.
Asy-Syaikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta’ala.
Alih Bahasa : Ust. Rochmad Supriyadi, Lc.