أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا ﴿٦﴾ وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا ﴿٧﴾ وَخَلَقْنَاكُمْ أَزْوَاجًا ﴿٨﴾ وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا ﴿٩﴾ وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا ﴿۱۰﴾ وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا ﴿۱۱﴾ وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًا ﴿۱۲﴾ وَجَعَلْنَا سِرَاجًا وَهَّاجًا ﴿۱٣﴾ وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً ثَجَّاجًا ﴿۱٤﴾ لِنُخْرِجَ بِهِ حَبًّا وَنَبَاتًا ﴿۱٥﴾ وَجَنَّاتٍ أَلْفَافًا ﴿۱٦﴾
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak? Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan? Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat? Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian? Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan? Dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh? Dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari)? Dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan dan kebun-kebun yang lebat? (An-Naba’: 6-16)
Pertama: Sembilan Contoh Kuasa Allah Menunjukkan Kebenaran ‘Hari Kebangkitan’
Pada ayat-ayat sebelumnya Allah menjelaskan bahwa orang-orang musyrik tidak percaya adanya ‘hari kebangkitan’, yaitu hari di mana semua manusia dihidupkan lagi setelah mati, untuk menerima balasan atas apa yang telah diperbuat selama hidupnya.
Maka pada ayat yang ke 6 sampai 16 ini, Allah menyebutkan sembilan contoh ‘kuasa Allah’, yang membuktikan bahwa Allah kuasa melakukan apa saja, termasuk menghidupkan umat manusia yang sudah mati, untuk kemudian memberi keputusan siapa yang berhak masuk surga dan siapa yang pantas dimasukkan ke dalam neraka. Wallahu a’lam
Tafsir:
Di dalam ayat-ayat ini ada sembilan contoh kuasa Allah, yang menunjukkan sifat-sifat sempurna –Nya. Sembilan contoh kuasa Allah itu adalah:
- Menciptakan bumi dalam keadaan terhampar luas, sehingga manusia dan makhluk yang lain bisa tinggal di atas bumi dengan tenang dan nyaman.
- Menjadikan gunung-gunung sebagai ‘pasak’, maksudnya Allah menancapkan gunung-gunung ke bumi, sehingga siapa saja yang tinggal di atas bumi tidak ditimpa bahaya karena goncangan dari dalam bumi.
- Menciptakan manusia berpasang-pasangan. Jenis laki-laki dengan jenis perempuan. Hikmahnyaadalah menjaga keberadaan umat manusia sampai akhir zaman.
- Menjadikan aktivitas tidur sebagai waktu untuk istirahat, setelah aktivitas di siang hari. Hikmahnya adalah agar manusia tidak binasa (mati). Karena, dengan adanya tidur, manusia ‘dipaksa’ untuk berhenti beberapa jam dari aktivitasnya. Jika Allah tidak menidurkan kita, maka kita akan binasa (mati). Karena kita tahu, kekuatan manusia sangat terbatas. Perlu istirahat untuk mengembalikan kekuatan.
- Menjadikan malam hari sebagai ‘pakaian’, maksudnya adalah malam hari berfungsi seperti pakaian. Sebagaimana pakaian menutupi aurat kita, begitu juga gelapnya malam hari menutupi kita dari pandangan mata.
- Menjadikan siang hari terang benderang, sebagai waktu untuk mencari kebutuhan hidup.
- Menciptakan langit sebanyak 7 lapis, dan menempatkannya di atas kita. Sehingga langit ini seperti sebuah atap bagi makhluk yang tinggal di bumi. Hai ini menunjukkan kekuatan Allah yang luar biasa, karena Allah mampu menahan langit-langit sebesar itu, sehingga tidak jatuh ke bawah. Padahal tidak ada tiang yang menyangga langit.
- Menciptakan matahari, yang cahayanya selalu bersinar dan panasnya selalu menyala-nyala. Meskipun sudah sekian lama umur matahari, cahaya dan panasnya tidak berkurang.
- Menurunkan air hujan dari awan ke bumi. Dengan air hujan yang jumlahnya melimpah dan alirannya deras. Sehingga dengan air hujan ini, Allah mengeluarkan tanaman-tanaman, buah-buahan, kebun-kebun yang dipenuhi dengan pepohonan dan ranting-ranting yang saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya. (Dari kitab ‘At-Tafsir Al-Wadhih Al-Muyassar’, karya syaikh ‘Ali Ash-Shabuny, halaman 1517, ‘Al-Maktabah Al-‘Ashriyyah’)
Pelajaran Aqidah:
Dan bagi Allah, menghidupkan manusia yang sudah mati sama saja ‘mengulangi’ proses yang sebelumnya sudah pernah terjadi. Dan ‘mengulangi’ sesuatu itu lebih mudah dibandingkan dengan memulai.
Kedua: Tentang Hari Keputusan
إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ كَانَ مِيقَاتًا ﴿۱٧﴾ يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَتَأْتُونَ أَفْوَاجًا ﴿۱٨﴾ وَفُتِحَتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ أَبْوَابًا ﴿۱٩﴾ وَسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًا ﴿۲۰﴾
“Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan, yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok, dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu, dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia.” (An-Naba’: 17-20)
Kaitan Dengan Ayat-ayat Sebelumnya:
Setelah di ayat-ayat sebelumnya Allah menjelaskan beberapa contoh kuasa–Nya, maka di ayat ke 17 ini Allah menegaskan bahwa Dia juga mampu menghidupkan semua manusia yang sudah mati, untuk diberi balasan yang sesuai dengan perbuatannya selama hidup di dunia.
Tafsir:
Di dalam ayat ini Allah memberitahu tentang ‘hari keputusan’, yaitu ‘hari kebangkitan’. Bahwa hari itu berlangsung selama waktu yang telah ditetapkan Allah, tidak bisa bertambah dan tidak bisa berkurang, dan tidak ada yang mengetahui kapan terjadinya kecuali hanya Allah. (Dari kitab ‘Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim’, karya Imam Ibnu Katsir (4/569), ‘Jannatul Afkar’, Mesir)
‘Hari keputusan’ adalah hari berkumpulnya semua umat manusia. Dari manusia yang pertama sampai terakhir. Pada hari itu mereka semua mendapatkan balasan kebaikan atau hukuman, yang telah dijanjikan Allah kepada mereka. (Dari kitab ‘Fathul Qadir’, karya Imam Syaukani (2/1575), ‘An-Nasyir Ad-Dauly’, Riyadh, KSA)
Hari itu disebut dengan ‘hari keputusan’ karena pada hari itu Allah memberi keputusan terhadap hamba-hamba Nya, apakah mereka masuk surga atau neraka. Atau, karena pada hari itu Allah memilah-milah, mana hamba-hamba Nya yang beriman dan mana yang kafir. Begitu juga memilah-milah antara kebenaran dan kebatilan. (Dari kitab ‘Tafsir Al-Wasith’, karya Dr. Wahbah Zuhaily, halaman 2809)
Tanda-tanda Datangnya Hari Keputusan:
Di tiga ayat selanjutnya, Allah menyebutkan 3 tanda datangnya hari keputusan. Sehingga, tiga tanda ini terjadi sebelum hari keputusan:
Pertama: ‘Sangkakala’ ditiup oleh malaikat Israfil. Dengan sebab itu, semua mayat keluar dari kuburnya. Lalu roh dikembalikan kepada tubuh masing-masing, lalu mereka menuju ke tempat berkumpul yang sudah ditentukan. Dan mereka berkumpul dalam keadaan berkelompok-kelompok. Yaitu, masing-masing umat manusia, berkelompok dengan Rasul mereka masing-masing.
Sangkakala yang ditiup oleh malaikat Israfil adalah sebuah ‘tanduk’ yang sangat-sangat besar ukurannya. Bahkan disebutkan dalam sebuah riwayat, besarnya adalah seukuran antara langit dan bumi. (Dari kitab ‘Tafsir Al-Qur’an Al-Karim’, karya syaikh Ibnu ‘Utsaimin, halaman 181, ‘Dar Ats-Tsurayya Lin Nasyr’)
Kedua: Langit terbelah, dan belahan-belahan langit ini menjadi seperti pintu-pintu besar, yang mana para malaikat keluar dari sana.
Ketiga: Gunung-gunung dicabut dari bumi, berhamburan ke udara dan hancur lebur tidak bersisa.
Pelajaran-pelajaran Aqidah:
Allah akan menghidupkan semua umat manusia yang telah mati. Dan Allah akan memberi keputusan siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka.
Hidup tidak hanya satu kali. Ada kehidupan yang baru setelah kematian. Kehidupan di dunia adalah hidup untuk beramal, sedangkan kehidupan setelah kematian adalah kehidupan untuk menerima balasan dari amal perbuatan. Jika amalannya baik maka balasannya baik. Dan jika amalannya jelek maka balasannya jelek.