Ikhlas itu tidak mengharapkan balasan dunia, puji-pujian orang, atau untuk dibanggakan. Kita berbuat mengerjakan amalan sebagus mungkin itu pun belum cukup untuk menunaikan hak Allah yang semestinya kita tunaikan.
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ ”
“Hanyasaja amalan shalih itu dihukumi sesuai dengan niat-niatnya. Dan bahwasanya bagi setiap orang itu balasan sesuai untuk apa ia berniat. Maka siapa yang hijrahnya untuk dunia yang ingin ia raih atau seorang wanita yang hendak ia nikahi, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang ia niatkan.”
Hadits riwayat Al Bukhori dalam shahihnya bab “Kaifa kaana bad-ul wahyi ila Rasulillah” dari sahabat Umar Ibnul Khattab radhiyallahu ‘anhu.