Pelajaran Aqidah dari Surat An-Nazi’at Dan ‘Abasa
Pelajaran Aqidah dari Surat An-Nazi’at: Iman Kepada Malaikat
وَالنَّازِعَاتِ غَرْقًا ﴿۱﴾ وَالنَّاشِطَاتِ نَشْطًا ﴿۲﴾ وَالسَّابِحَاتِ سَبْحًا ﴿٣﴾ فَالسَّابِقَاتِ سَبْقًا ﴿٤﴾ فَالْمُدَبِّرَاتِ أَمْرًا ﴿٥﴾
“Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut, dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat, dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang, dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia).” (An-Nazi’at: 1-5)
Di dalam lima ayat ini Allah bersumpah dengan menyebut beberapa malaikat–Nya disertai ‘tugas’ yang diamanahkan kepada mereka. Ini menunjukkan bahwa para malaikat adalah makhluk yang tunduk dan patuh terhadap perintah Allah dan segera melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka. (Dari kitab ‘Taisirul Karimir Rahman’, karya syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy )
Dan di dalam hadits riwayat Muslim, Nabi menjelaskan bahwa iman adalah beriman kepada Allah, Malaikat–Nya, Kitab-kitab Nya, Rasul-rasul Nya, Hari Kebangkitan dan Takdir. Oleh karena itu, ulama mengatakan bahwa beriman kepada malaikat termasuk rukun iman, tepatnya rukun iman yang ke dua.
Di dalam ayat-ayat ini Allah bersumpah untuk menegaskan bahwa ‘hari pembalasan’ adalah benar. Rasul benar. Al-Qur’an benar. Dan hari ‘keputusan’ adalah benar.
Mengenal Beberapa Malaikat dan Tugas-tugasnya:
Di ayat pertama sampai ke lima, Allah menyebutkan lima macam malaikat yang dibagi sesuai dengan tugas masing-masing:
- Malaikat yang bertugas mencabut nyawa.
- Malaikat pencabut nyawa ada dua macam: (1) Malaikat yang mencabut nyawa orang kafir dengan sangat keras. (2) Malaikat yang mencabut nyawa orang beriman dengan sangat lembut.
- Malaikat yang turun dari langit ke bumi dengan sangat cepat, karena diperintah Allah untuk suatu urusan.
- Malaikat yang mendahului dengan kencang. Maksudnya, malaikat yang mendahului malaikat yang lainnya membawa roh nya orang beriman ke surga.
- Malaikat yang mengatur urusan. Maksudnya, malaikat yang Allah beri tugas mengatur urusan dunia.( Dari kitab ‘Tafsir Jalalain’, halaman 594, Darus Salam Lin Nasyr Wat Tauzi’, Riyadh )
Malaikat yang mengatur urusan dunia ada 4:
- Pertama, malaikat Jibril. Bertugas mengatur angin dan ‘tentara langit’.
- Ke dua, malaikat Mikail. Bertugas mengatur hujan dan tanaman-tanaman.
- Ke tiga, malaikat Maut. Bertugas mencabut nyawa.
- Ke empat, malaikat Israfil. Bertugas meniup sangkakala dua kali. Yang pertama, menyebabkan terjadi kiamat. Dan yang ke dua, menyebabkan roh-roh kembali ke jasad-jasad manusia yang tumbuh kembali. (Dari kitab tafsir ‘Zadul Masir’, karya Imam Ibnul Jauzi, halaman 1511, ‘Al-Maktab Al-Islamy dan Dar Ibn Al-Hazm)
Malaikat ‘Penjaga’ Manusia:
Ada malaikat lain yang disebutkan di ayat-ayat yang lainnya, misalnya Malaikat yang menjaga manusia. Dalilnya adalah firman Allah:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar-Ra’d: 11)
Menurut salah satu pendapat ahli tafsir, jumlah malaikat ‘penjaga’ manusia ada 10. Malaikat yang menjaga di malam hari ada 5, dan malaikat yang menjaganya di siang hari ada 5. (Dari kitab ‘Hasyiyah Ash-Shawy ‘Ala Tafsir Al-Jalalain’, jilid 2 halaman 331, ‘Al-Haramain’, Indonesia)
Maksudnya, berdasarkan pendapat ini, setiap manusia ada 10 malaikat yang menjaganya, siang dan malam. Wallahu a’lam.
Malaikat ‘Pencatat’ Semua Amal Manusia:
Begitu juga ada malaikat yang bertugas mencatat semua yang kita ucapkan dan kita lakukan. Tentang hal ini, Allah berfirman:
“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Infithar: 10-12)
Pelajaran Aqidah:
Yakin sepenuhnya, tanpa ragu sedikitpun bahwa Malaikat benar-benar ada. Inilah makna ‘beriman’ kepada malaikat. (Dari kitab ‘Alamul Malaikah, Asraraha wa Khafayaha’, karya Musthafa ‘Asyur, halaman 8, ‘Maktabah Al-Qur’an’, Mesir)
Buah Beriman Kepada Malaikat:
Beriman kepada Malaikat, membimbing kita untuk semakin mencintai Allah dan bersyukur kepada– Nya. Karena Allah sangat perhatian kepada kita. Terbukti Allah mengutus para malaikat untuk menjaga kita, membantu urusan kita, menolong kita dan lain-lainnya.
Beriman kepada Malaikat juga membimbing kita untuk selalu mengagungkan dan membesarkan Allah. Karena, Allah kuasa menciptakan malaikat yang sangat banyak, dengan kemampuan yang luar biasa. Ini semua menunjukkan bahwa Allah yang menciptakan malaikat jauh lebih kuasa, lebih agung dan lebih mulia.
Beriman kepada Malaikat juga membimbing kita untuk berusaha berkata dan berbuat baik, ikhlas mengharap ridha Allah. Karena semua ucapan dan perbuatan kita dicatat Malaikat pencatat amal manusia. (Dari kitab ‘At-Tarbiyah Al-Islamiyyah, Al-Ushul Wa At-Tathbiqat’, Dr. Muhammad ‘Abdus Salam, ‘Darul Ma’rifah Littanmiyah Al-Basyariyyah’, Riyadh)
Pelajaran Aqidah dari Surat ‘Abasa: Sifat ‘Amanah’ Nabi Muhammad ﷺ Bukti Kebenaran Al-Qur’an
عَبَسَ وَتَوَلَّى ﴿۱﴾ أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى ﴿۲﴾ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى ﴿٣﴾ أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى ﴿٤﴾ أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى ﴿٥﴾ فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى ﴿٦﴾ وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّى ﴿٧﴾وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى ﴿٨﴾ وَهُوَ يَخْشَى ﴿٩﴾ فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى ﴿۱۰﴾
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya.Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak Membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran) sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya.” (‘Abasa: 1-10)
Ulama ahli tafsir sepakat bahwa yang dimaksud dengan orang yang ‘bermuka masam’ dan berpaling adalah Nabi Muhammad ﷺ. Dan yang dimaksud dengan ‘orang yang buta’ adalah Ibnu Ummi Maktum radhiyallahu ‘anhu. (Dari kitab ‘At-Tafsir Al-Wadhih Al-Muyassar’, karya syaikh ‘Ali Ash-Shabuny, halaman 1517, diterbitkan oleh ‘Al-Maktabah Al-‘Ashriyyah’)
Kenapa Nabi bermuka masam?
Nabi Muhammad ﷺ bermuka masam, karena saat itu sedang sibuk mendakwahi para pembesar suku Quraisy. Karena, jika mereka masuk Islam, ada dua keuntungan:
- Pertama, para pengikutnya juga akan masuk Islam.
- Ke dua, Agama Islam akan kuat. (Dari kitab ‘Hasyiyah Ash-Shawy ‘Ala Tafsir Al-Jalalain’, jilid 2 halaman 331, ‘Al-Haramain’, Indonesia)
Inilah kenapa Nabi bermuka masam dan berpaling, saat ada orang buta yang datang ke situ, karena ingin meminta nasehat dan bimbingan kepada Nabi. hawatir kehilangan kesempatan mengislamkan banyak orang. Sehingga, karena hikmah Nya, Allah memberi ‘teguran’ kepada Nabi dengan teguran yang sangat halus melalui surat ini.
‘Teguran Halus’:
Surat ‘Abasa adalah teguran dari Allah kepada Nabi Muhammadﷺ . Akan tetapi bukan sembarang teguran. Ini adalah teguran yang sangat halus. Ini karena dua hal:
Pertama, Allah menegur Nabi dengan tanpa menyebut nama Nabi Muhammad ﷺ .
Ke dua, Allah tidak menggunakan ‘dhomir khithob’ (kata ganti orang ke dua), misalnya: “Kenapa muka mu ‘masam’?”. Akan tetapi Allah berfirman: “Dia bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya…”
Pelajaran Aqidah:
- Nabi Muhammad amanah (dapat dipercaya). Karena, jika Nabi ‘berkhianat’, pasti surat ini tidak ada di dalam Al-Qur’an. Bisa saja Nabi ‘menyembunyikan’ surat ini. Akan tetapi Nabi tidak melakukannya. Karena Nabi adalah orang yang amanah.
- Nabi Muhammad ﷺ sangat menyayangi umatnya.
- Al-Qur’an bukan karangan Nabi Muhammad ﷺ. Karena jika Al-Qur’an karangan Nabi Muhammad ﷺ , pastinya beliau tidak menyantumkan surat ini di dalam Al-Qur’an.
Wallahu a’lam…….. Fajri NS