Sifat Dermawan yang Menakjubkan
Salah satu nama Allah adalah “Al-Karim” yang artinya “Maha Pemurah” atau “Maha Dermawan”. Di dalam bahasa Arab kata Al-Karim berasal dari kata “Al-Karam” yang maknanya adalah kata yang menghimpun seluruh perkara baik dan terpuji, bukan sekedar bermakna pemberian.
Oleh karena itu ada beragam pendapat ulama tentang makna nama Allah “Al-Karim”. Ada ulama yang mengatakan bahwa maknanya adalah banyak kebaikannya dan banyak pemberiannya. Ada juga ulama yang mengatakan maknanya adalah bersih dari semua bentuk kekurangan. Dan ada juga ulama yang mengatakan maknanya adalah memberi tanpa mengharap ganti.
Bahkan pengampunan Allah terhadap dosa-dosa yang kita lakukan juga merupakan bentuk kemurahan Allah. Termasuk pemberian pahala yang banyak untuk amal kita yang sedikit ini. Apalagi jika kita ingat kembali bahwa semua yang kita miliki berupa tenaga dan kekuatan adalah pemberian Allah.
Di dalam surat Al-Infithar ada penyebutan nama Allah ini :
مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الكَرِيم
“Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah?” (Al-Infithar : 6)
Dan salah satu sebab utama mendapatkan kemurahan dari Allah adalah dengan taqwa. Allah berfirman :
إنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” (Al-Hujurat : 13)
Kedermawanan Nabi Muhammad
Nabi Muhammad ﷺ dikenal sangat dermawan, terlebih lagi di bulan Ramadhan. Nabi Muhammad dikenal tidak pernah menolak setiap kali diminta sesuatu. Dan terkadang Nabi memanfaatkan sifat dermawannya ini untuk berdakwah. Hingga ada yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad suka memberi dan berbagi hingga terlihat jelas bahwa Nabi tidak takut miskin. Dan sedekah Nabi Muhammad sangat banyak serta beraneka ragam.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menceritakan :
“Nabi Muhammad ﷺ adalah orang yang paling dermawan. Dan kedermawanan Nabi yang paling luar biasa adalah ketika Ramadhan. Yaitu di saat Malaikat Jibril menemuinya.” (Muttafaq ‘alaihi)
Jabir radhiyallahu ‘anhu mengatakan : “Nabi Muhammad tidak pernah mengatakan “tidak” setiap kali diminta sesuatu.” (HR. Bukhari)
Pernah ada seseorang yang diberi kambing dengan jumlah yang sangat banyak, kemudian orang itu bergegas menemui masyaratnya dan mengatakan : “Wahai masyarakatku, kalian masuk Islam lah, demi Allah, sesungguhnya Muhammad apabila telah memberi maka ia memberi tanpa takut miskin sama sekali.” (HR. Muslim)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : “Nabi Muhammad adalah orang yang paling banyak mengeluarkan sedekah dari harta yang dimlikinya.”
Kedermawanan Nabi Ibrahim
Salah satu Nabi yang juga dikenal kedermawanannya adalah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Ada satu ayat yang menggambarkan kedermawanan Nabi Ibrahim. Yaitu firman Allah :
“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim yang dimuliakan ? Ingatlah ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan, “Salam”, Ibrahim menjawab. “Salam”. Mereka itu orang-orang yang belum dikenalnya.
Maka diam-diam dia (Ibrahim) pergi menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar). Lalu dihidangkannya kepada mereka …” (Adz-Dzariyat : 24-27)
Kedermawanan Sahabat Nabi dan Para Salaf
Abu Bakar As-Shidiq radhiyallahu ‘anhu ketika di Mekah mempunyai uang sebanyak 40 ribu dirham. Dan ketika hijrah ke Madinah, hanya membawa uang 5 ribu dirham. Sejarah mencatat ; banyak budak-budak yang disiksa majikan mereka karena beriman. Lalu Abu Bakar menyelamatkan mereka, dengan cara membeli budak-budak tersebut dari majikan mereka. Inilah sebabnya ketika hijrah ke Madinah hanya membawa uang 5 ribu dirham, padahal sebelumnya 40 ribu dirham.
‘Umar bin Khothob radhiyallahu ‘anhu, meskipun harta yang dimiliki tidak banyak, pernah menyedekahkan harta yang paling disukainya. Ketika itu ‘Umar mendapatkan satu bidang tanah dari Khaibar, dan itu adalah harta yang sangat disenanginya. Karena pernah mendengar ayat yang memotivasi sedekah dengan harta yang paling disukai akhirnya ‘Umar mewakafkan tanahnya tersebut, sehingga tanahnya tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak diwariskan.
Bahkan ketika menjabat sebagai khalifah ; setiap kali mendapatkan harta rampasan perang dari wilayah-wilayah yang dibebaskan beliau tidak mengambilnya, akan tetapi memasukkannya ke ‘kas negara’.
Di masa kekhalifahan Abu Bakar umat Islam pernah dilanda kekeringan, sehingga mereka khawatir akan musibah yang mengancam seperti kelaparan dan semisalnya. Akhirnya ‘Utsman bin ‘Affan menyedekahkan barang dagangannya yang sangat banyak berupa gandum, minyak, kismis, yang diangkut 1000 onta.
‘Abdullah bin ‘Umar setiap kali makan selalu mengajak satu anak yatim. Selama hidupnya telah memerdekakan 1000 budak. ‘Abdurrahman bin ‘Auf beberapa kali menginfakkan hartanya yang banyak untuk membiayai jihad fi sabilillah. Hakim bin Hizam di zaman jahiliyah telah memerdekakan 100 budak dan menyedekahkan 100 onta. Dan hal ini juga beliau lakukan setelah masuk Islam.
Cucu Nabi yang bernama Al-Hasan juga dikenal sangat dermawan. Al-Hasan pernah dua kali menyedekahkan setengah hartanya dua kali dalam hidupnya. Dia juga rela melepaskan jabatan khalifah untuk mencegah terjadinya peperangan antar sesama muslim.
Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib mendapatkan uang setiap tahunnya satu juta dirham. Semua uangnya disedekahkan hingga tidak tersisa. Bahkan dia pernah merelakan piutang sebesar satu juta dirham. Di mana ketika itu Abdullah bin Ja’far memberikan pinjaman kepada Zubair sebesar satu juta dirham. Ketika Zubair meninggal, anaknya berkata kepada Ja’far bahwa di catatan ayahnya ada hutang sebesar satu juta dirham kepada Abdullah bin Ja’far. Lalu Ja’far berkata kepada anaknya bahwa semua harta itu menjadi milikmu.
Kalimat-kalimat Hikmah Tentang Dermawan
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata : “Manusia paling terhormat di dunia adalah yang dermawan, sedangkan di akherat adalah yang bertakwa.”
Sa’id bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu berkata : “Siapa yang diberi Allah rizki yang melimpah hendaknya menginfakkan sebagiannya secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, sampai akhinya dia menjadi orang yang paling berbahagia karenanya.”
Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu berkata : “Ketika di pagi hari aku melihat ada seorang miskin di halaman rumahku yang meminta bantuan lalu aku bisa memenuhi permintaannya, itu adalah sebuah kenikmatan dari Allah yang aku memuji-Nya karenanya. Dan ketika di pagi hari aku tidak melihat ada orang miskin di halaman rumahku yang meminta bantuan, itu adalah musibah bagiku yang aku memohon kepada Allah karenanya.”
Diringkas dari kitab “Al-Karam ; Kunuz wa Asrar”, jilid pertama, karya Khalid bin ‘Abdullah Al-‘Assaf
Fajri NS, Lc